REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pelaku penembakan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrei Karlov telah diidentifikasi. Ia adalah Mevlut Mert Aydintas, anggota polisi antihuru-hara di Ibu Kota negara tersebut. Saat peristiwa tersebut, dia sedang bebas tugas.
Belum dipastikan apakah pria berusia 22 tahun itu memiliki kaitan dengan suatu kelompok radikal. Insiden nampaknya didasari protes keterlibatan Rusia yang mendukung Pemerintah Suriah.
Selama beberapa hari, protes tentang situasi di timur Aleppo, Suriah diselenggarakan di Turki. Banyak orang yang menuntut agar evakuasi kemanusiaan dapat segera dilakukan di wilayah yang dikuasi oposisi negara itu.
Dilansir dari BBC, Selasa (20/12), Rusia dan Turki telah bekerja sama mencapai kesepakatan evakuasi. Masing-masing negara yang berseberangan dalam konflik Suriah itu telah menyetujui agar penyelamatan warga yang masih terperangkap di timur Aleppo dilakukan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan serangan terhadap Dubes Rusia kali ini adalah tindakan provokasi. Pelaku ingi merusak hubungan dua negara. Presiden Rusia Vladimir Putin juga tidak meragukan tindakan itu tak lebih untuk menganggu normalisasi hubungan dengan Turki, termasuk juga mengganggu proses perdamaian di Suriah.
Dewan Keamanan PBB Ban Ki Moon mengecam keras pembunuhan terhadap Karlov. Ia mengatakan hal itu merupakan tindakan tak berperikemanusiaan dan hanya semakin menyebarkan teror secara luas.
Rusia dan Turki saat ini tengah melakukan proses normalisasi hubungan. Kedua negara sempat mengalami ketegangan setelah Turki menembak pesawat militer Rusia di Suriah pada 2015. Sejumlah sanksi diberikan Rusia terhadap Turki, khususnya di bidang ekonomi dan pariwisata. Rusia menghentikan seluruh aktivitas ekonomi ke Turki dan tidak ada warga yang boleh bepergian ke sana.
Hal itu membuat perekonomian Turki cukup terpukul. Selama ini, wisatawan Rusia dalam jumlah banyak mengunjungi negara itu dan diperkirakan penurunan sempat mencapai 90 persen.