Jumat 05 May 2017 16:56 WIB

Ini Isi Lengkap Seruan Khotib Masjid Istiqlal di Lautan Massa Aksi Simpatik 55

Rep: Ali Yusuf/ Red: Teguh Firmansyah
Massa Aksi Simpatik 55 memadati Masjid Istiqlal, Jumat (5/5).
Foto: Republika/Mas Alamil Huda
Massa Aksi Simpatik 55 memadati Masjid Istiqlal, Jumat (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta aksi simpatik memadati Masjid Istiqlal pada saat pelaksanaan shalat Jumat.  Ribuan jamaah begitu khusu mendengarkan khotbah yang di sampaikan Drs KH Moh Adnan Harahap.  Dalam ceramahnya ia menyampaikan tentang umat Islam yang menjadi umat terbaik.

Berikut isi khotbah lengkap yang disampaikan salah satu ketua komisi di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Jamaah Masjid Istiqlal yang dimuliakan Allah dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita panjatkan ke kehadiran Allah SWT, dengan izinnya kita dapat berkumpul bersama-sama di masjid yang mulia ini, masjid besar nomor tiga di dunia sebagai simbol kebesaran umat Islam Indonesia yang penduduknya mayoritas terbesar di dunia.

Saudaraku-saudaraku bersyukur kepada Allah SWT, Allah telah takdirkan Indonesia berpenduduk Muslim terbesar di dunia, oleh karenanya mata dunia tertuju ke Indonesia tertuju ke Indonesia melihat wajah-wajah Muslim Indonesia. Oleh karenanya para pemimpin di dunia yang datang ke Indonesia selalu menyempatkan diri datang ke Masjid Istiqlal, mulai dari Raja Salman dari Saudi demikian juga dari presiden dan wakil presiden yang tidak lain ini semuanya adalah mereka ingin melihat wajah Islam Indonesia yang berpenduduk Muslim di dunia.

Ada satu hal yang sangat menarik pada khotbah yang sangat singkat ini judul khotbah kita pada hari ini adalah "Kehidupan Umat Islam yang bermartabat" . Sebagaimana ayat Alquran yang saya sampaikan Kuntum Khoiru Ummah. Jadilah kamu menjadi umat terbaik, umat yang bermartabat, bermatabat artinya umat yang teratur, umat yang tertib, umat yang mempunyai harga diri.

Bayangkan saudara-saudara umat Islam di manapun datang dia bertemu dengan saudaranya mengucapkan salam, dia sabarkan salam, salam persaudaraan, dengan senyum diucapkan dan dijamin saudaranya mendapatkan kedamaian.

Dan pada khoirummah umat yang bermartabat sama halnya dengan saudaraku datang ke Masjid Istiqlal untuk melaksanakan tugas suci, tugas mulia, yaitu aksi simpatik, aksi damai.

Saya yakin berbagai aksi di dunia yang disebut mozaharoh atau yang disebut dengan demontrasi mungkin baru dibuka di negeri yang mayoritas berpenduduk Islam di Indonesia baru berdemonatrasi yang damai.

"Inilah wajah Islam Indonesia. Kita sangat menghormati niat, oleh karenanya saudara-saudaraku kita harus luruskan niat kita semata-mata Lillahitaala dan kita ajak seluruh umat Islam meluruskan niatnya mulai dari diri kita, keluarga kita masyarakat kita para pemimpin kita, pemimpin hukum kita lembaga negara kita supaya meluruskan niatnya dalam melaksanakan niatnya. Jangan ada di negara ini timbul sandiwara-sandiwara Walohukhorumakirin

Sodara-sodaraku ku yang dimuliakan Allah itulah yang disebut Khoiru Ummah Ukhrijatlinnaas ..... Kita mesti menebarkan kebaikan dan kebajikan di muka bumi ini dan mecegah segla kerusakan dan kemungkaran di muka bumi ini alangkah indahnya Islam di negara kita ini.

Tidak takut uang yang ada di kantong kita diambil orang, karena kita Islam, karena Islam itu tidak akan mengambil yang bukan miliknya karena Islam menyerukan manusia yang terbaik adalah manusia yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain.

Ada para ahli yang menyampaikan kalau kamu-kamu tidak bisa bermanfaat kepada orang lain setidak-tidaknya jangan sampai membuat mudarat kepada orang lain, kalau kamu tidak bisa menguntungkan orang lain, jangan sekali-kali kamu merugikan orang lain, jadikanlah persaaudaran itu, jalinlah persaudaraan itu.

"Itulah ukuwah Islam itu, itulah ukuwah kebangsaan itu, itulah ukuwah kemanusiaan itu satu dengan yang lain berbuat kebaikan, menebarkan kebajikan itulah keindahan dan itulah kebesaran Islam di muka bumi ini. "

Jamaah mudah-mudah kita semua masuk di dalam kalimat ukhrijat lin nas, ta'muruna bil ma'ruf, wa tanhauna 'anil munkar. Sodara -sodara demikian pula kita menjadi umat yang menjadi wasit bukan umat yang menjadi penonton.

Menjadi wasit artinya umat yang berlaku adil, dan seimbang berada di posisi di tengah tidak ke pinggir. Kita menjadi saksi di permukaan bumi ini Islam akan menjadi perhatian karena apa Islam itu adalah Indah. Bayangkan saudara dia ada aturan hidup dia makan kalau halal, dia tinggalkan kalau haram. Dia gunakan kalau itu yang bersih, dia tinggalkan kalau itu yang kotor.

"Allahu Akbar demikian Islam itu Indahnya, bagaimana hendak disebut khoiruummah bahwa hidup yang bermartabat itulah Islam yang kita sangat kita muliakan di muka bumi ini, dan itu pengaruhnya walapun bagaimana keadannya,"

Jamaah yang dimuliakan Allah SWT dalam kesempatan yang berbahagia ini kita jadikan kehidupan kita supaya mendapatkan harkat dan martabat dan menjaga marwah bangsa kita dan membawa misi kita rahmatan lilaamin ini supaya hidup kita membawa kedamaian, kesejukan dan  Alhamdulilah bangsa kita bangsa yang beradab bangsa yang bermartabat dan harus di jaga oleh umat Islam di negara kita ini.

Saudara-saudaraku sekali lagi saya ingin sampaikan pada kesempatan ini pesan persaudaraan yang luar biasa disampaikan oleh salah seorang ulama besar yang disebut Al Rozia dia berkata tiga bagian mukmin apa beliau katakakan. Kalau kamu tidak bisa memberi manfaat jangan sekali-kali berbuat mudorot, kalau tidak bisa menolong orang jangan sampai merugikan orang, abadilah persaudaraan itu, kalau tidak bisa menyenangkan orang jangan sampai menyusahkan dan meresahkan orang jadilah abadi persaudaraan itu. Lalu kemudian dikatakan kalau tidak dapat memuji orang jangan sampai mencaci orang maka itu kita amalkan maka abadilah persaudaraan.

Kalau kita saling mencaci maki maka hapuslah ketenangan dan kedamaian dalam kehidupan kita. Sebenarnya dalam hidup kita kitalah yang membuat tenang, kita jugalah yang membuat susah. Saudaraku oleh karenanya sekali lagi dengan seluruh kegiatan kita luruskan niat, karena yang penting adalah luruskan niat, sampai pada shalat, sampai kepada takbir sampai kepada imam yang memipin shalat dan sampai kepada makmum semuanya itu dalam rangka meluruskan niatkan, jangan sampai di dalam perjalanan hidup kita ini niat kita itu menyimpan banyak orang masalah.

Awalnya baik di tengah-tengah rusak, banyak sodara kita di awal jelek di akhir baik. Kenapa bisa demikian karena dia meluruskan niat. Ada orang niat baik tapi di akhirnya jelek, karena dia tidak bisa meluruskannya sampai akhir maka itu kita berdoa agar diberi khusnul khatimah dalan kehidupan dunia ini.

Maka mari kita berdoa supaya di awal baik, di tengah-tengah baik dan di akhir baik sehingga hidup kita di dunia ini bahagai di dunia dan bahagia di akhir kemudian sesuai dengan doa kita Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar walahamdulilah hirobil alamin. barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement