Ahad 11 Jun 2017 22:03 WIB

AS dan Turki Bahas Qatar Melalui Telepon

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan timpalannya dari Turki, Mevlut Cavusoglu, membahas perkembangan di Suriah dan perselisihan Qatar dengan sesama negara Arab melalui telepon pada Sabtu, kata sumber di Kementerian Luar Negeri Turki.

Pembicaraan telepon itu, yang dilakukan atas permintaan Tillerson, terjadi setelah Tillerson pada Jumat mendesak Arab Saudi dan negara lain Teluk meringankan kucilan mereka terhadap Qatar. Ia menilai itu menyebabkan dampak kemanusiaan tidak perlu dan memengaruhi perjuangan Amerika Serikat melawan ISIS. Tidak ada rincian terkait pembicaraan telepon itu.

Dengan mengacu pada tanggapan Tillerson atas kucilan itu, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan dalam pidato di acara buka puasa Ramadhan di Istanbul pada Jumat, "Saya nilai, itu seharusnya dicabut sepenuhnya."

Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar pada Senin, menuduhnya mendukung militan Islam dan musuh mereka, Iran. Qatar menilai tuduhan itu tidak berdasar. Beberapa negara mengikuti hal itu.

Erdogan bersumpah untuk terus mendukung Qatar setelah persetujuan cepat undang-undang tentang penggelaran pasukan Turki di sana. Pada Sabtu, dia mengatakan kepada menteri luar negeri Bahrain bahwa perselisihan tersebut harus diatasi pada akhir Ramadhan.

Erdogan pada Kamis juga menyetujui kesepakatan antara Turki dan Qatar dalam kerja sama pelatihan militer. Kedua rancangan undang undang itu dibuat sebelum perselisihan antara Qatar dan sesama negara Arab lainnya meletus. Turki juga telah berjanji untuk menyediakan pasokan makanan dan air untuk Qatar.

Turki telah mempertahankan hubungan baik dengan Qatar dan juga beberapa tetangga Teluk Arabnya. Turki dan Qatar sama-sama memberikan dukungan untuk kelompok Ikhwanul Muslimin di Mesir dan mendukung pemberontak berjuang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Turki dan sesama anggota NATO Amerika Serikat juga berselisih mengenai dukungan Amerika Serikat pada milisi Kurdi Suriah, YPG, dalam perang melawan kelompok IS di Suriah. Turki menilai YPG sebagai perpanjangan Partai Buruh Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan selama tiga dasawarsa di Turki.

Amerika Serikat mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya telah mulai memasok senjata ke YPG untuk penyerangan di kota Raqqa di Suriah, yang memperdalam kemarahan Turki. Peran YPG dalam kampanye Raqqa telah mempertegang hubungan antara Amerika Serikat dan Turki, yang takut jika hal itu menumbuhkan kekuasaan Kurdi di sepanjang perbatasannya.

Sementara itu, sekutu pimpinan Arab Saudi melawan Qatar, yang kaya akan gas, bertambah jadi sembilan negara Sabtu ketika Niger menyatakan negara Afrika itu akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement