Kamis 26 Oct 2017 14:38 WIB

Suku Pedalaman Amazon Terus Lawan Perusahaan Tambang

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Hutan Amazon
Hutan Amazon

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Suku Waiapi, salah satu suku pedalaman di Brasil bersumpah akan terus melawan perusahaan pertambangan internasional yang mengancam rumah mereka di dalam hutan hujan Amazon. Waiapi tinggal di sebuah cagar alam yang merupakan bagian dari zona konservasi besar, yang disebut Renca.

Pemerintah Brasil ingin membuka daerah tersebut untuk perusahaan pertambangan internasional yang menginginkan akses terhadap emas dan logam lainnya di wilayah itu. Akan tetapi, Tapayona Waiapi (36 tahun), seorang anggota suku, mengatakan sukunya bersumpah akan terus melawan.

 

"Ketika perusahaan datang, kami akan terus menolak. Jika pemerintah Brasil mengirim tentara untuk membunuh orang-orang di sini, kami akan terus bertahan sampai anggota suku terakhir kami mati," katanya.

 

Presiden Brasil Michael Temer mengakhiri pembatasan pertambangan di sebagian besar wilayah Renca pada Agustus lalu. Fiona Watson, direktur kampanye organisasi hak-hak masyarakat adat, Survival, mengatakan kepada The Independent, Waiapi sedang menghadapi upaya untuk melemahkan dan menghancurkan hak-hak konstitusional mereka.

 

"Upaya ini dipelopori oleh Presiden Temer sendiri, karena dia memotong kesepakatan dengan sebuah blok di Kongres yang didominasi oleh sektor agribisnis yang kuat. Pemilik tanah dan pengusaha yang kuat bertekad untuk mengambil alih tanah adat dan mencuri sumber daya masyarakat kesukuan," jelas Watson.

 

Ada kekhawatiran pemerintah ingin membangun kembali jalan menembus hutan yang menghubungkan Brasil dengan Venezuela. "Jika hal itu terjadi, akan ada mobil, truk, kekerasan, obat-obatan, perampokan. Budaya akan berubah. Kaum muda ingin ponsel, pakaian, komputer. Jika banyak pria kulit putih datang, maka semua akan berakhir," ujar Calibi Waiapi (57), seorang anggota suku.

 

Watson juga memperingatkan, membuka wilayah adat untuk pertambangan akan mencemari sungai Waiapi, tempat para anggota suku memancing dan minum, serta mencemari tanah mereka. Jalan yang baru dibangun akan membawa gelombang pemukim baru, memicu konflik sosial, dan menimbulkan masalah kesehatan.

 

Ia percaya masih ada kelompok suku Indian yang tinggal di dekat Waiapi, yang belum terhubung dengan dunia luar. Menurut Watson, mereka akan hancur oleh pengenalan industri.

 

Waiapi sendiri telah terbukti sangat tangguh sejak pertama kali dikenali pada 1973. Watson mengatakan, populasi Waiapi telah berkembang dari 150 orang menjadi lebih dari 1.200 orang hari ini.

 

"Mereka telah mendirikan organisasi mereka sendiri, mengusir para penambang emas yang bekerja secara ilegal di tanah mereka, memiliki agen kesehatan mereka sendiri yang mengobati penyakit seperti malaria, dan memiliki guru sendiri," ungkap Watson.

 

"Peran vital Waiapi dalam melestarikan Amazon dan keanekaragaman hayati yang kaya di dalamnya, sebenarnya menguntungkan semua masyarakat Brasil dan seluruh dunia," tambah dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement