REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan via telepon dengan mitranya dari Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (24/1) waktu setempat. Mereka membahas operasi militer Turki yang sedang berlangsung di Afrin, Suriah.
Menurut laporan kepresidenan Erdogan yang dikutip Anadolu Agency, keduanya bertukar pandangan mengenai perkembangan terakhir di Suriah dan Operation Olive Branch yang diluncurkan Turki pada Sabtu lalu dengan tujuan untuk melawan ancaman dari organisasi yang dianggap teroris PYD/PKK dan juga Daesh (sebutan Arab untuk ISIS).
Percakapan via telepon itu berfokus pada pentingnya kerja sama bilateral dalam memerangi terorisme. Sementara Erdogan mengatakan bahwa operasi tersebut bertujuan agar Afrin terbebas dari elemen teroris dan demi keamanan nasional Turki.
Menurut staf umum Turki, operasi tersebut bertujuan untuk membangun keamanan dan stabilitas di sepanjang perbatasan Turki dan wilayah tersebut, serta untuk melindungi rakyat Suriah dari penindasan dan kekejaman teroris.
Baca juga, AS Serang Suriah, 59 Misil Ditembakkan.
Dia juga mengatakan, operasi tersebut sedang berlangsung di bawah kerangka hukum Turki dan berdasarkan hukum internasional, keputusan Dewan Keamanan PBB, hak pembelaan diri berdasarkan piagam PBB dan penghormatan terhadap integritas teritorial Suriah.
Militer juga mengatakan, hanya teroris yang ditargetkan dan penting untuk tidak membahayakan warga sipil manapun.
Afrin dinilai telah menjadi persembunyian PYD/PKK sejak Juli 2012 ketika rezim Bashar Assad membiarkan kota itu direbut kelompok teroris tanpa perlawanan.
Selama percakapan tersebut Erdogan menggarisbawahi bahwa operasi militer itu sesuai dengan hukum internasional, dan berdasarkan hukum sah Turki untuk membela diri berdasarkan pasal 51 Piagam PBB, serta resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perang melawan terorisme.
Erdogan juga mengulangi permintaan Ankara kepada Washington untuk berhenti mempersenjatai teroris PYD/YPG di Suriah.
AS mendukung PYD yang dianggap sebagai cabang dari PKK di Suriah yang dianggap Turki sebagai teroris karena telah melawan negara tersebut selama 30 tahun. Serangan teror itu telah mengakibatkan puluhan ribu korban jiwa.
AS menganggap SDF, payung kelompok PYD/PKK, sebagai mitra terpercaya untuk melawan Daesh dan terus menyediakan persenjataan untuk mereka, dan itu membuat marah Ankara.