REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah surat edaran mengatasnamakan diri Markas Komando Jawa Tengah Patriot Garuda Nusantara (PGN) beredar di Semarang, Jawa Tengah melarang tabligh akbar yang akan dihadiri ustaz Abdul Somad. Surat yang beredar itu menyebut, pelarangan ustaz Abdul Somad karena dianggap corong Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan mengusung radikalisme.
Surat tersebut ditujukan kepada Kapolda Jawa Tengah. Isinya mendesak agar kepolisian tidak mengizinkan tabligh akbar yang akan mengundang Ustaz Abdul Somad di Pedurungan, Mijen, Kota Semarang, pada 30-31 Juli 2018. Selain itu, disebutkan di dalamnya dalih bahwa dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu merupakan “corong dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).” HTI kini berstatus organisasi terlarang sejak berlakunya Perppu Nomor 2 Tahun 2017.
“Apabila Sdr Abdul Somad tetap hadir menjadi pembicara dalam acara tersebut, kami Patriot Garuda Nusantara (PGN) Jateng akan melakukan Aksi Perlawanan,” demikian kutipan dari surat tersebut, yang disertai tanda tangan “Panglima Tertinggi” PGN Dr KH Nuril Arifin Husein MBA dan Ketua PGN Jawa Tengah Mohammad Mustofa Mahendra.
Pihak Kepolisian RI menegaskan bahwa perizinan harus melalui pertimbangan institusi negara. Sehingga, setiap organisasi kemasyarakatan tidak boleh bertindak sewenang-wenang.
“Siapa pun kalau mengeluarkan surat edaran silakan saja. Tetapi itu tidak mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Mana ada ormas yang (berhak) melarang?” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (25/7).
Ustaz Somad pun menanggapi surat edaran yang menolak kehadirannya di Semarang, Jawa Tengah. Menurut mubaligh tersebut, pihak yang membuat surat itu hanya mengulang-ulang tuduhan yang tidak valid tetapi kerap dialamatkan kepadanya.
“Tuduhan radikal, (corong) HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), dan lain-lain itu sudah lama diklarifikasi,” kata Ustaz Abdul Somad melalui pesan singkat, Rabu (25/7).
Dai lulusan Universitas al-Azhar (Mesir) itu menjelaskan, ceramah-ceramahnya tidak pernah bertentangan dengan prinsip-prinsip persatuan dan kebangsaan. Bila tudingan anti-NKRI benar adanya, mustahil unsur-unsur pemerintah, kepolisian, atau TNI belum lama ini memintanya hadir mengisi sejumlah kajian.
Pada Rabu (25/7) hari ini, misalnya, dia diundang pihak Dewan Masjid Indonesia (DMI) dalam acara pengajian akbar di Masjid Istiqlal, Jakarta. Di lokasi, hadir antara lain Komjen (Polisi) Syafruddin selaku wakil ketua DMI dan istri Wapres RI Jusuf Kalla.
“Wakapolri pagi tadi memberi saya kesempatan tausiyah di Istiqlal,” jelas peraih penghargaan Tokoh Perubahan Republika 2017 itu.
Ratusan jamaah menghadiri pengajian di Istiqlal kemarin. Salah satu jamaah, Dedi Suryadi (44) mengatakan, tausiyah dalam pengajian akbar itu mencerahkan pandangannya terhadap Islam.
"Sangat bagus dan mencerahkan. Terutama tausiyah dari Ustaz Abdul Somad," kata Dedi kepada Republika.co.id, Rabu (25/7).
Warga Bekasi itu sengaja datang karena memang ingin mendengarkan tausiyah dari Ustaz Abdul Somad. Dia mengaku mendapatkan informasi mengenai pengajian tersebut dari unggahan Ustaz Abdul Somad di media sosial Instagram.
"Saya tahu dari Instagram, makanya saya tertarik ke sini. Lumayan, isi tausiyahnya benar-benar nasionalis," tutur dia.
Senada dengan Dedi, Nur (45) jamaah perempuan dari Tangerang mengatakan, dia tertarik untuk datang karena ingin mendengarkan langsung tausiyah dari Abdul Somad. Menurutnya, ustaz Somad sangat dekat dengan masyarakat terutama dengan anak-anak muda.
"Saya tahu dari anak saya. Saya juga heran kenapa anak saya tahu ada kajian ustaz Somad. Sepertinya dia tahu dari media sosial," jelasnya.
Sementara, jamaah perempuan lainnya, Tri Hapsari (35) berpendapat isi tausiyah yang dilakukan ustaz Somad juga mencerahkan dan tidak memprovokasi. "Menurut saya bagus, isinya mencerahkan dan tidak memprovokasi. Malah mengajak untuk berdamai," ungkapnya.
Dia berharap ke depannya semakin banyak ustaz-ustaz yang mengisi tausiyah yang menyejukkan dan tak memprovokasi. "Saya harap semakin banyak yang ceramah tanpa provokasi, sehingga lebih menyejukkan lagi," ungkapnya.
Wakapolri sekaligus Wakil Ketua DMI Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin menghadiri pengajian akbar bertema "Persatuan Umat Islam untuk Kemaslahatan Bangsa" yang diselenggarakan DMI di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (25/7). Syafruddin berharap pengajian akbar tersebut bukan hanya mempersatukan umat Islam, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.
"Umat Islam sebagai kelompok mayoritas hendaknya bersatu untuk kemaslahatan bangsa," ujar Syamruddin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/7).
Pada kesempatan tersebut, Syafruddin juga menyampaikan bahwa masjid-masjid di Indonesia masih membutuhkan sekitar 300 ribu ustaz. Dia sendiri sudah melihat potensi untuk memenuhi kebutuhan ustaz itu. Dia pernah berkunjung ke kampus Al-Azhar, Kairo, Mesir, sebagai satu kampus yang berpotensi menghasilkan penceramah.
"Saya datang ke Al-Azhar, jumlah mahasiswa Indonesia yang bersiap-siap menjadi ustaz di masjid untuk mengisi kajian mencapai 500 sampai 800 orang per tahun sebagai lulusan Al-Azhar,” ujar Syafruddin.
Surat edaran pelarangan ustaz Somad menghadiri Tabligh Akbar di Semarang.
Bukan yang pertama
Ustaz Abdul Somad sebelumnya sudah pernah mengalami beberapa insiden penolakan. Pada 8 Desember 2017 lalu, misalnya, ratusan simpatisan Laskar Bali menggeruduk hotel tempat Ustaz Abdul Somad menginap.
Awalnya, mereka menolak kehadiran mubaligh tersebut di Denpasar, Bali. Namun, beberapa hari kemudian, DPP Laskar Bali meminta maaf kepada yang bersangkutan atas kejadian yang kurang menyenangkan itu.
Kasus berikutnya, pada 23 Desember 2017 Ustaz Abdul Somad ditolak masuk Hong Kong. Rencananya, alumnus S-2 Darul Hadits (Maroko) itu akan memenuhi undangan acara yang diselenggarakan komunitas pekerja Indonesia di sana.
Sesampainya di bandara Hong Kong, petugas setempat menginterogasinya. Tak lama kemudian, pria yang lahir di Silo Asahan, Sumatra Utara, itu diminta kembali pulang ke Indonesia.
Di hadapan ribuan jamaah pengajian di Istiqlal kemarin, Ustaz Somad meminta umat agar tak mudah terpecah hanya karena berbeda ormas. "Semuanya datang ke Istiqlal, tapi kendaraannya bermacam-macam, ada yang datang naik ojek, motor, mobil, helikopter itu hanya cara," katannya.
Menurut Ustaz Abdul Somad, Islam hanya punya satu kiblat, satu kitab suci Alquran dan satu tuhan, yakni Allah SWT.
"Kiblatnya satu, ayatnya satu, Allah nya satu," tegasnya.