REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Kementerian Pendidikan Nasional menyangkal terjadi pembiaran atas seringnya aksi tawuran antar SMAN 6 dengan SMAN 70. Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal, mengatakan yang menjadi kekurangan adalahnya soal prediksi, ketepatan waktu, dan ketepatan strategi untuk mencegah tawuran terjadi.
"Pembiaran tidak, tetapi kecanggihan untuk memprediksi, ketepatan waktu, serta ketepatan strategi kita itu belum maksimal sehingga terjadi kebocoran-kobocaran," ujar Fasli.
Fasli juga menekankan kurangnya pengawasan. "Tawuran membuktikan bahwa pengawasan akan gerakan-gerakan di kalangan siswa belum berjalan baik,'' katanya. ''Seandainya pengawasan berjalan baik, maka bisa dilakukan pencegahan atau intervensi sehingga kasus tersebut (tawuran) tidak akan terjadi."
Fasli juga menyangkal bahwa para guru takut terhadap siswa-siswanya sendiri. Hanya saja barangkali penyebabnya guru-guru belum bisa mengeluarkan potensi sejumlah siswa yang merasa tidak memiliki kemampuan kognitif yang bagus. "Itu (tawuran) adalah cara mereka merefleksikan jika tidak mendapatkan banyak kegiatan dan perhatian yang menyeluruh (dari guru)," kata Fasli.
Terkait kericuhan antara sejumlah wartawan dengan siswa-siswa SMAN 6, Fasli berharap tak sampai menempuh jalur hukum. "Seharusnya dari dunia pendidikan dan profesi wartawan yang mulia mudah dicapai rekonsiliasi. Namun, rekonsiliasi di sini haruslah rekonsiliasi yang fair, dimana semua pihak sama-sama menerima. Bukan, rekonsiliasi karena adanya tekanan-tekanan," ujar Fasli.