REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pada tahun ajaran 2003/2004 Sony Sugema Group (lembaga bimbingan belajar) membuat sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Melalui Yayasan Taqwa Cerdas Kreatif, lembaga pendidikan ini membuka sekolah gratis. Seluruh peserta didik angkatan pertama yang berjumlah 75 orang, adalah siswa dari kelompok masyarakat tak mampu (dhuafa).
Meski tak dipungut biaya, siswa yang ingin bersekolah di tempat ini harus melalui seleksi yang ketat. Mereka yang memiliki kriterialah yang berhak mengikuti pendidikan di sekolah yang berpusat di Jl Diponegoro No 48, Kota Bandung.
Setelah berjalan 10 tahun, SMA Alfa Centauri (Alcen) yang dirintis Ketua Yayasan Taqwa Cerdas Kreatif, H Sony Sugema, MBA, kini telah berkembang menjadi salah satu lembaga pendidikan swasta yang diperhitungkan. Salah satu indikatornya adalah banyaknya orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah ini.
Salah satu alasan orangtua menyekolahkan anaknya di SMA ini yaitu ketercapaian siswa lulusannya menembus perguruan tinggi terkemuka di tanah air. ‘’Sejak anak duduk di kelas dua SMP, saya mengamati sekolah-sekolah SMA yang layak untuk pendidikan anak saya. Akhirnya saya memutuskan menyekolahkan anak ke sekolah ini,’’kata Uus Somantri (45 tahun), salah satu orangtua siswa.
Karena itu, kata Uus, setelah anak sulungnya menyelesaikan ujian nasional (UN) langsung mengikuti seleksi penerimaan masuk SMA Alcen. Ia mengatakan, pilihannya tersebut sudah dibicarakan dengan anaknya. Dan sang anakpun, imbuh dia, memiliki pandangan yang sama.
Ia mengatakan, anaknya memiliki cita-cita masuk ke perguruan tinggi negeri terkemuka. ‘’Sebagai orangtua saya hanya bisa memfasilitas dan mendorong. Saya melihat sistem pendidilkan yang diterapkan Alcen cukup bagus dan bisa mewujudkan impian anak saya,’’kata warga Jl Muararajeun, Kota Bandung ini.
Konsep pendidikan yang diterapkan di SMA Alcen mampu member harapan para siswa. Sejak lulusan pertama tahun 2006, sekolah ini telah menempatkan sejumlah siswanya di berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) favorit. Pada angkatan pertama ini, jumlah siswa yang diterima di ITB sebanyak 11 siswa, Unpad enam siswa, UPI delapan siswa, dan sejumlah PTN lainnya.
Pada tahun 2014, lulusan Alcen yang diterima di PTN melonjak hingga mencapai 115 siswa. Ini terdiri dari 26 sisw (ITB), 47 (Unpad), 15 (UPI), dan 25 PTN lainnya. mereka diterima melalui lajur SNMPTN dan SBMPTN. Sedangkan pada tahun 2015, jumlah lulusan sekolah ini yang diterima di PTN melalui SNPTN sebanyak 38 siswa. ‘’Rata-rata mereka diterima di ITB, Unpad, dan IPB,’’kata Wakil Kepala Sekolah (wakasek) Bidang Kesiswaan SMA Alcen, Farid Firdaus, SPd, kepada ROL.
Menurut Farid, SMA Alcen memiliki dua jurusan, yaitu IPA, IPS, dan bahasa. Dari dua jurusan tersebut, imbuh dia, jurusan IPA memiliki jumlah peserta didik terbanyak dengan 10 kelas. Sedangkan IPS dan bahasa, masing-masing dua dan satu kelas.
Ia mengatakan, salah satu sistem pendidikan unggulan di sekolah ini yaitu metode online. Sistem belajar ini, imbuh dia, sudah diterapkan sejak tahun 2011. Sistem ini, imbuh dia, digunakan dalam proses pembelajar, ujian harian, dan ujian kenaikan kelas. ‘’Ketiak pemerintah menerapkan ujian berbasis computer atau online tahun ini, kita justru sudah melakukannya sejak beberapa tahun lalu. Alasannya praktis dan efisien,’’tutur dia.
Dikatakan Farid, meski saat ini SMA Alcen memiliki jumlah siswa per angkatan hingga 300 siswa, namun komitmen untuk menyerap siswa dari kelompok masyarakat dhuafa tetap diterapkan. Setiap tahun, imbuh dia, sekolah ini menyediakan kuota sebesar 30 persen bagi siswa tak mampu. Mereka, imbuh dia, tetap harus mengikuti seleksi untuk bisa sekolah di SMA Alcen.
’’Dan setelah diterima, mereka tak dipungut biaya atau gratis selama mengikuti pendidikan di sekolah ini,’’ujar dia.
Siswa tak mampu ini, lanjut Farid, disebar di setiap kelas. Setiap kelas, imbuh dia, rata-rat berjumlah 24 hingga 26 siswa. Mereka belajar di tiga lokasi berbeda, yaitu gedung di Jl Diponegoro, Jl Cisangkuy, dan Jl Badaksinga. Salah satu alasan siswa bersekolah di SMA Alcen yaitu agar bisa mencapai PTN favorit. ‘’Target saya masuk ITB. Karena itu saya memilih sekolah disini,’’kata Calvin PR, siswa kelas 10 jurusan IPA.
Hal yang sama juga diungkapkan Harsya NH. Menurut siswi kelas 10, cita-citanya melanjutkan ke ITB. ‘’Insyallah saya bisa menembus ITB,’’imbuh siswi berkerudung ini.