Jumat 22 Feb 2019 14:25 WIB

FPI: Ricuh di Munajat 212 karena Ada Copet

Acara secara keseluruhan diklaim berjalan lancar dan tidak ada ricuh.

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Peserta acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang digelar MUI Provinsi DKI Jakarta, membaca Yasin bersama setelah melakukan sholat magrib berjamaah di lapangan monumen nasional (Monas). Kamis (21/2).
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Peserta acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang digelar MUI Provinsi DKI Jakarta, membaca Yasin bersama setelah melakukan sholat magrib berjamaah di lapangan monumen nasional (Monas). Kamis (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Front Pembela Islam Slamet Maarif mengaku tidak mengetahui kericuhan yang terjadi saat berlangsungnya agenda munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2) malam. "Saya belum dapat kabar kalau ada ricuh," kata dia singkat kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).

Slamet enggan bicara banyak soal itu dan menyarankan agar menanyakan lebih lanjut kepada Panglima Laskar FPI Maman Suryadi. 

Baca Juga

Dihubungi terpisah, Maman menolak acara munajat 212 disebut ricuh. Menurutnya, acara tersebut secara keseluruhan berjalan lancar dan tidak ricuh.

"Cuma semalam itu, tim pengamanan itu banyak yang menangkap copet. Jadi kericuhan itu bukan kericuhan acara, tapi kericuhan karena adanya copet. Ada kelompok copet yang kita tangkap sampai ada enam orang," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).

Maman melanjutkan, pencopet tersebut memang ada di area acara tetapi berhasil ditangkap tim pengamanan. 

"Dari tim pengamanan kita langsung itu. (Pencopetnya) ada di area acara. Kalau acara munajat semalam itu berjalan dengan sukses, baik tidak ada gangguan apa-apa, kerjasama dengan polisi juga kita bagus," katanya. 

Sebelumnya diberitakan telah terjadi kericuhan di area Monas yang menjadi tempat berlangsungnya agenda shalawat dan doa bersama pada Kamis (21/2) malam tadi. 

Kericuhan makin runyam lantaran ada jurnalis yang disebut menjadi korban kekerasan hingga rekaman videonya diminta dihapus.

Terkait itu, Maman menegaskan bahwa tidak ada intimidasi terhadap jurnalis mana pun. 

Panitia acara, kata dia juga tidak menolak maupun mengusir kedatangan jurnalis sehingga siapapun jurnalisnya dibebaskan untuk meliput agenda tersebut di malam itu.  

"Bahkan media dari Australia ada di dalam, mengambil gambar dan meliput. Saya rasa kalau soal teknis yang tadi disebut itu mungkin karena kesalahpahaman kali ya. Tapi yang jelas untuk peliputan tadi malam tidak ada masalah, semua media daring itu ada di lapangan kok. Enggak kita intimidasi," ucapnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement