REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Principal Recipient TB Aisyiyah, Rohimi Zamzami, mengungkapkan akan menguatkan kader dalam menghapus Tuberkolosis (TB) dari Indonesia. Kader-kader ini termasuk juga para Pendamping Minum Obat (PMO), mereka memang ditugaskan mengawasi pengobatan para penderita TB di Indonesia, agar para penderita sembuh dan tidak menularkan penyakit mereka.
Aisyiyah sendiri fokus menghadapi ini dan dibahas dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Aisyiyah yang dihadiri seluruh pejabat Aisyiyah dari seluruh Indonesia. “Kita juga ada PMO, dulu kita proses, kemudian menguatkan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk ikut dalam proses penguatan ini,” kata Rohimi saat ditemui Republika.co.id, usai Rakornas Aisyiyah di Mercure Convention Center Ancol, Jakarta Utara, Rabu (13/3).
Rakornas memang menjadi rutinitas setiap tahun, namun dalam setiap tahun memiliki fokus yang berbeda. Dan untuk tahun ini, baru saja diluncurkan new implementing program dengan menitikberatkan pada dua hal yang menjadi capaian targetnya, yaitu kontak investigasi dan ternotifikasi.
Aisyiyah yang juga sebagai PR TB-nya, memang diamanahkan untuk mengentaskan ini. Namun karena Aisyiyah berbasis komunitas, akhirnya dipilih tema pada tahun ini adalah spirit Al Maun atau dakwah berbasis komunitas untuk mengeliminasi TB.
“Maksudnya di sini adalah Aisyiyah yang juga bagian dari Muhammadiyah, ingin spirit Al Maun ini bisa mengangkat derajat kaum dhuafa, untuk menempatkan mereka ke tempat lebih baik,” papar Rohimi.
Spirit ini berkaitan juga dengan realitas sekarang dimana tingkat kemiskinan, juga mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka terkait dengan TB. Aisyiyah ingin spirit ini dapat dikuatkan, bahkan ada kemitraan juga dengan lembaga Kristiani yakni Pelkesi (fokus juga di Sumatera Utara) dan Perdhaki (berada juga di Nusa Tenggara Timur).
Program yang ditargetkan akan berhasil mengentaskan TB di 2030 ini, telah tersebar di 130 kabupaten/kota dan 14 provinsi seluruh Indonesia. Dengan penguatan kader, dan bermitra dengan Kementerian Kesehatan, masyarakat diharapkan segera memahami penyakit TB. Serta bagi mereka yang sempat berobat lalu berhenti, dapat kembali mau untuk berobat.
“Kan yang meningkat ini adalah MDR (penderita TB yang belum tuntas berobat) kemudian menularkan lagi ke orang lain. Ini juga kan tingkat kognitif orang pada tingkat itu perlu diberi pencerahan. Dia harus memahami ketika sakit harus minum obat dan tuntas,” jelas dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Aisyiyah, Prof Masitoh, mengapresiasi bagaimana Aisyiyah masih berdiri kokoh sejak 1917, dan rakornas yang selalu berjalan dengan baik setiap tahunnya. “Rakornas ini cukup startegis, cukup konsen, dan juga cukup mendasar. Sebuah pekerjaan tanpa kita rapatkan dan koordinasikan dengan berbagai unsur, kita hanya akan menjalankan tugas seadanya,” kata dia dalam sambutannya.