REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Jumlah serangan yang terjadi di banyak sekolah di Afghanistan dilaporkan meningkat sebanyak tiga kali lipat pada tahun lalu. Hal itu menimbulkan kekhawatiran besar terhadap anak-anak di negara Timur Tengah itu karena pendidikan yang layak, sebagai bekal masa depan mereka akan semakin sulit didapatkan.
UNICEF mengatakan sejumlah serangan yang menargetkan sekolah di Afghanistan melonjak dari 68 pada 2017 menjadi 192 pada tahun lalu. Itu adalah pertama kalinya sejak 2015 peningkatan jumlah serangan tersebut tercatat.
“Pendidikan sedang terancam di Afghanistan. Serangan tidak masuk akal terhadap sekolah, pembunuhan, penculikan para guru, dan acaman lainnya menghancurkan harapan dan impian seluruh generasi anak-anak,” ujar direktur eksekutif UNICEF, Henrietta Fore pada Selasa (28/5).
Lebih dari 1.000 sekolah di Afghanistan hingga saat ini ditutup karena ancaman keamanan dari kelompok-kelompok mulai dari Taliban, hingga Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok ekstremis nampaknya telah mencari sasaran yang bertujuan memperluas dan mengkonsolidasikan pengaruh mereka melalui tindakan intimasi.
Taliban sebelumnya telah mencabut penolakan terhadap segala bentuk pendidikan untuk anak perempuan. Namun, kelompok ini diyakini bahwa mereka mencoba menutup sekolah yang menjalankan aktivitas belajar mengajar tidak sesuai dengan keinginan serta persetujuan mereka.
Selain itu, UNICEF mengatakan ada kemungkinan bahwa penggunaan gedung sekolah sebagai lokasi pemungutan suara selama pemilihan parlemen tahun lalu menjadi faktor di balik meningkatnya serangan. Afghanistan tercatat memiliki 3,7 juta anak dalam populasi penduduk tersebut, namun hampir setengah dari mereka yang berada di usia sekolah belum mendapat pendidikan formal.