Keputusan Australia untuk melakukan intervensi militer dengan cara mengirimkan pasukan untuk bergabung dengan Amerika Serikat berpatroli di Selat Hormuz, telah merusak reputasi Australia di Timur Tengah.
Hal itu dikemukakan Kamal Dehghani Firouzabadi, wakil ketua Komite Hubungan Luar Negeri di parlemen Iran menanggapi rencana PM Australia Scott Morrison mengirim kapal perang dan pesawat pengintai ke sana.
Keputusan Australia ini, menurut PM Morrison, dilakukan setelah terjadinya insiden yang melibatkan kapal yang lewat di Selat Hormuz beberapa waktu yang lalu.
Menurut dia, insiden tersebut mengganggu kepentingan nasional Australia.
Namun Dehghani mengatakan, Australia mengambil risiko besar dengan pengiriman pasukan militer ke wilayah tersebut.
"Saya rasa bukan kerusakan fisik yang akan dialami Australia. Kerusakannya pada reputasi dan prestise Australia," katanya kepada ABC.
"Mereka yang mengambil bagian dalam koalisi, tentu ikut bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh koalisi tersebut."
Dehghani diwawancarai ABC di Parlemen Iran di Teheran untuk menanggapi pengumuman PM Morrison sebelumnya.
"Sangat mengejutkan mendengar Australia bergabung dengan koalisi itu, karena Amerika Serikat telah berulang kali membuat kesalahan, termasuk menarik diri dari perjanjian nuklir," kata Dehghani.
"Padahal itu merupakan perjanjian multilateral yang dicapai oleh seluruh dunia."
Presiden AS Donald Trump menuding Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap enam tanker di Selat Hormuz dan sekitarnya.
Ini telah membantah tudingan itu, dan menyebut propaganda AS itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kru kapal patroli Iran memindahkan peledak yang tidak meledak dari sebuah tanker.
Dehghani mengatakan langkah Australia mengirim kapal perang dan pasukan ke selat itu tidak perlu.
Dia memastikan Iran sudah melindungi kapal-kapal tanker pengangkut minyak di wilayah tersebut.
"Kami sendiri masih belum tahu siapa yang menyerang kapal-kapal itu," kata Dehghani.
"Tetapi siapa pun di balik ketegangan ini, dia telah mendapat manfaat dari semua ini. Mungkin Amerika Serikat, mungkin Israel, atau mungkin negara-negara terbelakang seperti Arab Saudi, UEA atau organisasi teroris yang mendapatkan uang dari mereka," tuturnya.
"Donald Trump juga menyatakan AS mencoba "memerah susu" dari negara-negara Arab. Mereka melakukan ini dengan Islamophobia. Saya sangat kaget mereka "memerah susu" Australia dengan strategi ini."
Sebagian besar warga Teheran sejauh ini belum mendengar adanya keterlibatan Australia di Selat Hormuz.
Isu ini tidak disinggung dalam kotbah politik mingguan di masjid terbesar Teheran. Ceramah itu hanya menyampaikan bahwa Iran selalu mencari perdamaian dan ketenangan.
Di luar masjid, warga Teheran yang dimintai komentar menyatakan menentang intervensi itu.
"Itu sama dengan perang di Irak," kata seorang warga yang mengaku terlibat dalam perang dengan Irak.
"Semua negara menentang kami. Tidak masalah apakah itu Amerika Serikat, Australia atau Inggris."
"Kita akan berdiri bersama dan melawan mereka. Saya ikut dalam perang itu. Saya akan mengangkat senjata dan berperang lagi," katanya.
Seorang warga lainnya mengatakan hal ini justru menunjukkan bahwa "bendera Iran dikibarkan lebih tinggi".
"Itu menunjukkan betapa pentingnya kami. Dengan perlawanan kami akan menang," katanya.
Warga lainnya menambahkan, "Langkah semacam itu, hanya menjadikan kami akan mengekspresikan kebencian kepada Trump dan sekutunya."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.