REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Jalan-jalan Beirut, Lebanon, yang biasanya macet, kini sebagian besar bebas dari mobil dan pejalan kaki. Pemerintah negara itu memberlakukan pembatasan kegiatan dan menindak warga yang keluar dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona.
Polisi memerintahkan menutup beberapa toko yang buka di Beirut karena melanggar perintah penutupan. Sekelompok perenang diusir dari pantai di kota Sidon di selatan karena telah meninggalkan rumah dalam upaya isolasi untuk menekan penyebaran virus korona.
Pemerintah mengumumkan keadaan darurat medis pada Ahad (15/3). Penghentian mencakup sebagian besar lembaga publik dan perusahaan swasta untuk mengendalikan virus yang telah menginfeksi 109 orang.
Lebanon juga memerintahkan penutupan perbatasan, pelabuhan, dan bandara mulai 18-29 Maret. Warga Lebanon wajib tetap di rumah kecuali untuk melakukan hal-hal yang sangat diperlukan di luar rumah.
Seorang pejabat keamanan mengatakan, kepatuhan terhadap keputusan pemerintah masih kurang. Hal itu terlihat dari beberapa warga yang masih terlihat pergi bekerja karena perusahaan tidak memberlakukan libur atau kerja di rumah.
"Lalu lintas pasti kurang tetapi masih ada mobil di jalanan. Ada kampanye kesadaran tetapi mereka tidak menjangkau semua bagian masyarakat," ujar petugas keamanan tersebut.
Sebuah sumber keamanan yang didapat Reuters mengatakan, pasukan keamanan bertindak untuk membubarkan pertemuan warga. Polisi membersihkan orang-orang dari Corniche, tempat beberapa orang yang sedang berjalan mengenakan masker dan sarung tangan bedah.
"Dua minggu ini adalah yang paling berbahaya," kata Menteri Kesehatan Hamad Hassan.
Atas penutupan tersebut, Lebanon bergulat dengan krisis keuangan dan ekonomi. Dalam pidato di konferensi pers setelah sidang kabinet darurat, Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan, langkah-langkah itu tidak diragukan akan berdampak pada ekonomi, tetapi kehidupan dan kesehatan manusia lebih berharga.