Rabu 15 Apr 2020 03:36 WIB

Pakar Kesehatan: Disiplin Jaga Jarak Warga Indonesia Rendah

Rendahnya disiplin jaga jarak dapat menaikkan kasus Covid-19.

Pakar Kesehatan: Disiplin Jaga Jarak Warga Indonesia Rendah. Penumpang duduk dengan menjaga jarak (physical distancing) di dalam gerbong kereta Kertajaya jurusan Jakarta- Surabaya Pasar Turi di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (11/4/2020). Untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19), PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyesuaikan jam operasi kereta api (KA) jarak jauh di Daops 1 Jakarta dengan hanya mengoperasikan tujuh kereta api pada pukul 06.00-18.00 WIB selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.
Foto: Antara/Reno Esnir
Pakar Kesehatan: Disiplin Jaga Jarak Warga Indonesia Rendah. Penumpang duduk dengan menjaga jarak (physical distancing) di dalam gerbong kereta Kertajaya jurusan Jakarta- Surabaya Pasar Turi di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (11/4/2020). Untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19), PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyesuaikan jam operasi kereta api (KA) jarak jauh di Daops 1 Jakarta dengan hanya mengoperasikan tujuh kereta api pada pukul 06.00-18.00 WIB selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Hasbullah Thabrany menilai rendahnya disiplin masyarakat dalam menjalankan serta mematuhi pembatasan sosial dapat menambah atau menaikkan kasus Covid-19.

"Tantangannya bagi kita adalah karena Covid-19 ini menular dari manusia kepada manusia, tetapi kita punya masalah besar di Indonesia bahwa disiplin masyarakat kita sangat rendah," ujar Hasbullah dalam seminar daring, Selasa malam (14/4).

Baca Juga

Dia mengatakan masyarakat Indonesia tidak memiliki disiplin tinggi seperti rakyat Korea Selatan, Jepang, dan China. Selain itu rakyat Indonesia juga bukan termasuk rakyat yang patuh pada aturan atau patuh pada anjuran pemerintah.

"Dengan demikian kasus-kasus Covid-19 ini akan terus berlangsung untuk waktu yang mungkin akan lebih lama dibandingkan negara-negara lainnya dimana kasus Covid-19 mengalami penurunan," katanya.

Dia menjelaskan negara-negara yang pernah menjadi episentrum Covid-19 seperti Iran, Korea Selatan, China, dan Jepang sudah mengalami penurunan kasus, namun di Indonesia masih mengalami peningkatan.

"Apa yang bisa dilakukan? Saya kira kalau pemerintah terlalu diandalkan maka tidak akan mungkin, maka kita semua harus berperan sebagai komplementer atau suplementer dimana kita mengisi apa yang kurang supaya kita bisa mencegah keluarga, tetangga dan teman agar tidak terinfeksi Covid-19," ujarnya.

Selain itu publik juga diminta menyebarkan berita benar dalam upaya penanggulangan Covid-19 ini. Hasbullah juga mengimbau publik harus bersabar hingga pandemi tersebut berakhir, setelah berakhir barulah masyarakat bisa pulang kampung atau melakukan pertemuan seperti halal bihalal dan sebagainya.

Sebelumnya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya disiplin kolektif dalam mengatasi wabah Covid-19. Ia mengatakan semua harus disiplin mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi penularan virus corona penyebab Covid-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement