REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kelompok ISIS telah meningkatkan serangan di Irak, terutama di daerah perdesaan. Serangan itu dilakukan di tengah ketidakstabilan politik dan kelemahan sistem keamanan di Irak, serta penarikan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) karena pandemi virus corona.
ISIS telah berupaya untuk memperkuat operasionalnya di daerah perdesaan sejak aksi protes massal terhadap pemerintah meletus pada Oktober di Baghdad. Aksi protes itu mendesak Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi untuk mengundurkan diri.
Pengunduran diri Adil Abdul-Mahdi pada tanggal 1 Desember menimbulkan krisis pemerintah dan perpecahan di antara partai-partai politik Irak. Hal ini telah membuka jalan bagi kelompok teror untuk memperluas kegiatan mereka di seluruh negeri. Serangkaian serangan yang terjadi di Irak seperti serangan milisi Syiah Irak dan pembunuhan Komandan Garda Revolusi Iran Qaseem Soleimani telah menciptakan ruang-ruang baru bagi kelompok teroris untuk menghimpun kekuatan.
Seorang pakar keamanan, Adnan Nime, mengatakan ISIS beroperasi di daerah yang memiliki celah keamanan setelah pasukan koalisi menghentikan logistik dan dukungan intelijen kepada pemerintah Irak.
Kurangnya solidaritas antara pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah Kurdi Irak (KRG), serta kesenjangan keamanan telah menciptakan ruang yang cocok untuk kelompok teroris. "Organisasi itu tidak cukup kuat untuk terlibat dalam pertempuran serius lagi dan juga gagal merekrut gerilyawan karena sumber daya keuangan dan sosial yang tidak mencukupi," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Irak, Tahsin Khafaji.
Khafaji menekankan, kelompok ISIS bertujuan untuk memperluas operasinya dengan meningkatkan serangan. Sebanyak 170 warga sipil dan pejabat keamanan telah kehilangan nyawa mereka dalam empat bulan pertama tahun 2020 karena serangan ISIS. Belum lama ini, jumlah serangan terhadap pasukan keamanan di provinsi Kirkuk, Mosul, Anbar, Salahuddin, dan Diyala telah meningkat pesat.
Pada akhir 2017, para pejabat di Baghdad menyatakan bahwa kelompok ISIS di Irak telah dimusnahkan. Namun, para teroris masih bersarang di daerah perdesaan Anbar, Diyala, Kirkuk, Saladin, dan Mosul.