REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih banyaknya predator seksual pada anak membuat banyak pihak, terutama orangtua, sangat khawatir. Apalagi, trauma psikologis yang dialami anak-anak akibat hal tersebut sulit untuk disembuhkan dan dapat menghancurkan masa depan anak-anak.
Menurut Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Ade Erlangga, orangtua dan guru perlu menyadari bahwa predator seksual pada anak pasti saja ada dimana pun, sehingga dapat melakukan pencegahan.
"Secara mikro, pada diri anak, orang tua, guru harus menyadari bahwa sewaktu waktu bisa menjadi korban. Kalau kesadaran ini ada, tidak mudah mempercayakan anak berinterkasi dengan orang dewasa," ujar Ade Erlangga kepada Republika.co.id, Kamis (14/5).
Selain itu, dia berpendapat, bahwa supra struktur hukum harus kondusif menciptakan rasa takut untuk melakukan kejahatan semacam ini. Sejauh ini Kemendikbud memang belum membuat kurikulum pendidikan seksual, namun Erlangga mengakui ini diperlukan.
Menurunya, orangtua dan guru, berperan penting dalam melakukan pendidikan seksual sejak dini kepada anak-anak. "Ya perlu, tinggal kontennya harus pantas dan sesuai. Yang penting pendidikan seksual itu mengarah kepada pembentukan kesadaran bahwa harus hati hati terhadap orang lain," ucap Erlangga.