Jumat 15 May 2020 17:30 WIB

Pengungsi Rohingya di Bangladesh Khawatir Penularan Covid-19

Covid-19 terdeteksi di salah satu kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Pegungsi Rohingya menjual sayuran di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh. Covid-19 terdeteksi di salah satu kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Ilustrasi.
Foto: Altaf Qadri/AP
Pegungsi Rohingya menjual sayuran di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh. Covid-19 terdeteksi di salah satu kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Perwakilan Amnesty Internasional di Asia Selatan, Saad Hammadi, mengatakan kamp pengungsi Muslim Rohingya di Cox's Bazar memang telah mengalami situasi yang sangat menantang saat ini. Terlebih dengan adanya infeksi Covid-19 yang baru terdeteksi.

Kamp pengungsi Cox's Bazar di Bangladesh dikategorikan sebagai kamp pengungsi terbesar di dunia dan terpadat. Di sana ada 40 ribu orang hidup per kilometer persegi. Itu sama seperti setidaknya 1,6 kali kepadatan populasi di kapal pesiar Diamond Princess.

Baca Juga

"Jadi sangat sulit dikelola. Meski badan-badan PBB dan mitra kemanusiaan di lapangan telah menyiapkan fasilitas karantina," ujar Saad dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Amnesty Internasional Indonesia tentang pengungsi Rohingya, Jumat (15/5).

Saad mengatakan PBB dan mitra kemanusiaan cukup meyakinkan untuk membawa pasien yang terkonfirmasi kepada pengaturan penyelamatan Covid-19. "Tetapi, jika kita juga harus mempertimbangkan mitra kemanusiaan penyedia layananan kesehatan. Maka akan sangat banyak yang dapat dibutuhkan oleh sumber daya, seperti pasokan Alat Pelindung Diri, oksigen, dan respirator yang diperlukan," katanya.

Virus corona terdeteksi di salah satu kamp pengungsi Rohingya di wilayah selatan Bangladesh. Kamp ini dihuni oleh lebih dari satu juta pengungsi Rohingya.

"Seorang pengungsi Rohingya dan pengungsi lainnya setelah menjalani tes, positif Covid-19," ujar seorang pejabat senior Bangladesh dan juru bicara PBB. Kasus ini menjadi kasus pertama yang terkonfirmasi di kamp pengungsian tersebut.

Juru bicara PBB menambahkan selain warga Rohingya tersebut satu orang lainnya yang dinyatakan positif corona berasal dari host population, istilah yang digunakan untuk menyebut warga lokal yang tinggal di luar kamp. "Hari ini setelah diketahui positif corona, mereka dipindahkan ke sebuah pusat isolasi," kata Komisioner Penanganan Pengungsi dan Repatriasi Mahbib Alam Talukder, melalui sambungan telepon kepada laman berita Reuters.

Direktur Komite Penyelamatan Internasional Bangladesh, Manish Agrawal, menerangkan bahwa di kamp fasilitas kesehatan kekurangan staf dan ruang. Sementara orang di kamp tidak memiliki cukup sabun dan air atau ruang untuk melindungi diri sendiri.

"Tanpa upaya untuk meningkatkan akses layanan kesehatan, memperbaiki sanitasi, mengisolasi kasus-kasus yang dicurigai, dan menghancurkan kamp, penyakit ini akan menghancurkan pengungsi dan penduduk lokal di sini, di mana ada standar hidup yang jauh lebih rendah dan tingkat penyakit yang lebih tinggi yang membuat pengungsi lebih rentan terhadap virusnya," katanya.

Pekerja kemanusiaan telah mengingatkan soal potensi bencana kemanusiaan jika terjadi wabah corona di kamp-kamp pengungsian di luar Cox’s Bazar. Saat ini kamp pengungsi Rohingya terpusat di wilayah tersebut.

Sebanyak 60 ribu hingga 90 ribu pengungsi berjejalan di setiap kilometer persegi di kamp itu. Lusinan keluarga saling berbagi ruang di kamp tersebut. Lebih dari 730 ribu orang Rohingya dari Myanmar tiba di Bangladesh pada akhir 2017.

Mereka melarikan diri dari kampung halamannya, Rakhine, setelah ada operasi militer Myanmar. Myanmar kini menghadapi dakwaan melakukan genosida terhadap Rohingya di International Court of Justice yang berkedudukan di Den Haag, Belanda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement