Jumat 14 Aug 2020 11:25 WIB

Yordania Tanggapi Kesepakatan Israel-Uni Emirat Arab

Yordania mengatakan kesepakatan itu harus diikuti langkah Israel hentikan aneksasi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Bendera Yordania (ilustrasi). Yordania mengatakan kesepakatan Israel-UES harus diikuti langkah Israel hentikan aneksasi. Ilustrasi.
Bendera Yordania (ilustrasi). Yordania mengatakan kesepakatan Israel-UES harus diikuti langkah Israel hentikan aneksasi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Yordania mengatakan kesepakatan antara Israel dan Uni Emirat Arab dapat mendorong proses negosiasi perdamaian yang terhenti jika kesepakatan itu mendorong Israel menerima negara Palestina di tanah yang Israel duduki dalam perang Arab tahun 1967.

"Jika Israel memperlakukannya sebagai insentif untuk mengakhiri pendudukan, maka akan menggerakan kawasan menuju perdamaian," kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dalam pernyataannya, Jumat (14/8). 

Baca Juga

Safadi mengatakan kegagalan Israel dalam melakukan ini hanya akan memperdalam konflik Arab-Israel yang sudah berlangsung puluhan tahun serta mengancam keamanan kawasan secara keseluruhan. Namun Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak perjanjian itu. Juru bicaranya, Abu Rudeineh, membacakan pernyataan Abbas di Ramallah, Tepi Barat.

"Perjanjian itu mengkhianati Yerusalem, Al-Aqsa, dan kepentingan rakyat Palestina," katanya.

Safadi mengatakan kesepakatan itu harus diikuti langkah Israel untuk mengakhiri setiap langkah unilateral dalam menganeksasi Tepi Barat. Safadi menambahkan pendudukan hanya 'merusak prospek perdamaian dan melanggar hak-hak rakyat Palestina'.

"Kawasan sedang di persimpangan jalan, melanjutkan okupasi dan mengabaikan hak sah rakyat Palestina tidak akan membawa perdamaian atau keamanan," tambah Safadi.

Yordania kehilangan Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur dalam perang Arab-Israel tahun 1967. Yordania adalah negara Arab kedua setelah Mesir yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement