REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan publik sebaiknya tidak hanya melihat data kasus virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) berdasarkan jumlah spesimen yang diperiksa atau suspek yang menunggu hasil. Hal lain yang dapat dilihat untuk menentukan data kasus Covid-19, yakni jumlah orang yang sakit atau terinfeksi.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto mengatakan jika jumlah spesimen yang dites sedikit tetapi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit meningkat maka artinya terjadi sesuatu. Faktanya, dia menambahkan, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Jakarta memang turun sekitar 30-40 persen dalam dua pekan terakhir.
Ia mengatakan, keterisian tempat tidur pernah mencapai 90 persen, tetapi kini hanya 60 persen. "Jadi, dokter melihat orang yang sakit. Kalau yang sakit naik, otomatis angka kesakitan meningkat kan," katanya saat dihubungi Republika, Senin (2/11).
Karena itu, IDI mengapresiasi upaya pemerintah untuk menurunkan kasus baru Covid-19. Ia mengatakan penurunan kasus Covid-19 meringankan beban dokter.
Kendati demikian, IDI meminta pemerintah tidak terlena dengan keberhasilan ini. Sebab, dia melanjutkan, kasus Covid-19 masih fluktuatif dan belum diketahui puncak kasusnya.
Ia juga meminta masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M seperti memakai masker, mencuci tangan memakai sabun, dan menjaga jarak.
Sebelumnya Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, mencatat pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) dan dirawat terus mengalami penurunan per Senin (2/11). Keterisian pasien di tower 6 dan 7 kini sebanyak 36,3 persen, kemudian tower 4 dan 5 menurun menjadi 23,4 persen.
Koordinator RS Darurat Covid-19 Mayjen TNI Tugas Ratmono mengatakan, hunian di Wisma Atlet yang tower 4 dan 5 sebagai flat isolasi mandiri. Kemudian, tower 6 dan 7 sebagai tempat perawatan yang ringan dan sedang pasien Covid-19 menurun dalam kurun waktu sebulan terakhir.
"Keterisian pasien di tower 4 dan 5 saat akhir September kemarin bisa diatas 80 persen, bahkan Tower 6 dan 7 juga sama. Kemudian keterisian di tower 6 dan 7 saat ini turun jadi 36,3 persen, sementara tower 4 dan 5 berkurang jadi 23,4 persen," katanya saat berbicara di konferensi virtual BNPB bertema Update RS Darurat Covid-19: Tren PascaLibur Panjang, Senin (2/11).
Ia menganalisa ada berbagai faktor yang menyebabkan keterisian pasien di RSD Wisma Atlet menurun. Pertama, pertambahan pasien yang menurun dibandingkan sebelumnya. Kemudian, pasien yang keluar lebih banyak yang berdampak pada angka kesembuhan yang meningkat.
Ia juga bersyukur penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta ikut menurunkan kasus Covid-19. Ia juga melihat adanya kesadaran masyarakat menerapkan disiplin protokol kesehatan yang lebih meningkat.