Sabtu 02 Jan 2021 19:15 WIB

Kematian Nakes Indonesia Akibat Covid-19 Tertinggi di Asia

Data Tim Mitigasi IDI menunjukkan, ada 504 nakes meninggal akibat Covid-19.

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang tenaga medis yang mengenakan baju hazmat bersiap melapor kepada petugas saat mengantar pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta, Rabu (25/11/2020).
Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA
Seorang tenaga medis yang mengenakan baju hazmat bersiap melapor kepada petugas saat mengantar pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta, Rabu (25/11/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperlihatkan, sampai dengan akhir Desember 2020 terdapat 504 tenaga kesehatan (nakes) yang wafat akibat Covid-19.

IDI juga mencatat, angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia.

Baca Juga

Tenaga medis yang wafat terdiri atas 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, tujuh apoteker, dan sepuluh tenaga laboratorium medik.

Menurut pernyataan yang diterima di Jakarta pada Sabtu, para dokter yang meninggal itu terdiri atas 101 dokter umum yang di antaranya adalah empat guru besar, 131 dokter spesialis dengan di antaranya tujuh guru besar serta lima residen. Semuanya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten).

Peningkatan kematian tenaga medis itu, ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi, merupakan salah satu dampak akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi, seperti berlibur, pilkada, dan aktivitas berkumpul dengan orang tidak serumah.

Menurutnya, vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan melakukan vaksinasi, IDI mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.

Ini karena risiko penularan sekarang berada pada titik tertinggi di mana rasio positif Covid-19 pada angka 29,4 persen.

"Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement