REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Perawat Nasional (PPNI) menilai, masalah utama tingginya kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia adalah terlalu banyaknya kasus aktif dan pasien yang perlu dirawat. Ketua Umum PPNI Harif Fadhillah mengatakan, jika kasus aktif terus meningkat maka kemungkinan fasilitas untuk merawat serta tenaga kesehatan tidak akan memadai.
Ia menjelaskan, saat ini, tingkat keterisian ICU sudah cukup tinggi. "Jadi dari sisi treatment-nya itu memang kalau sudah jatuh pada kondisi yang berat memerlukan perawatan intensif. Ini yang kita takutkan. Kalau ini terus meningkat sementara kita tidak punya ICU, tenaga perawat maupun dokter yang memadai untuk memberikan pelayanan itu," kata Harif, pada Republika, Ahad (31/1).
Hanif menuturkan, Covid-19 menyerang sel di paru-paru yang menyebabkan gangguan pernapasan pada penderitanya. Hal ini memerlukan perawatan intensif di ICU menggunakan alat bantu napas seperti ventilator.
Ketersediaan ICU dan peralatan yang ada saat ini semakin terbatas dengan meningkatnya penambahan kasus setiap hari. Sementara, alat-alat yang digunakan untuk perawatan insentif pasien Covid-19 di ICU tidak mudah pengadaannya.
Strategi penanganan Covid-19, kata dia saat ini perlu dipertajam khususnya pendekatan ke masyarakat. Menurutnya, meskipun dilakukan pembatasan sosial atau lockdown tidak akan memiliki dampak yang signifikan pada kasus Covid-19 karena mobilitas manusia terus saja terjadi.
"Kalau di-lockdown juga, lockdown-nya tanda tanya. Mobilitas cukup tinggi kita ini. Dan ini apakah bisa dilakukan jika daerah lain banyak ketergantungannya?" kata dia.
Perubahan perilaku masyarakat menjadi sangat penting untuk mengurangi penambahan kasus harian. Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan harus betul-betul dilakukan oleh seluruh masyarakat. Harif berpendapat, jika 3M tersebut dilakukan dengan baik maka kasus Covid-19 harian bisa berkurang.
Selain itu, ia menambahkan, tahapan tracing, treatment, dan testing harus dipertajam lagi. Ia melihat, saat ini khususnya tracing tidak dilakukan setajam pada awal pandemi terjadi. Orang-orang yang pernah kontak erat dengan pengidap Covid-19 tidak selalu diperiksa.
"Bisa saja orang-orang yang kontak erat itu positif sehingga menularkan pada orang-orang lain. Itu kepentingan testing dan tracing," kata dia menegaskan.