REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Iran mengurangi pengayaan uraniumnya. Biden menegaskan tidak akan mencabut sanksi ekonomi terhadap Iran sebelum negara tersebut kembali ke kesepakatan nuklir.
"Tidak," ujar Biden ketika ditanya apakah dia akan menghentikan sanksi ekonomi Iran? kepada CBS News dikutip laman Arab News, Senin.
Presiden Biden kemudian mengangguk ketika ditanya apakah Iran harus berhenti memperkaya uranium terlebih dahulu. Sanksi AS ke Iran kembali dijatuhkan oleh Donald Trump setelah dia menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.
Namun pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Teheran hanya akan kembali patuh jika AS lebih dulu mencabut semua sanksi ekonomi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Iran telah berulang kali melanggar kesepakatan nuklir bahkan di tengah saran bahwa Biden akan berusaha untuk menghidupkan kembali perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia.
Kesepakatan itu mengurangi sanksi terhadap Iran dengan imbalan mengekang pengembangan nuklirnya, yang dikhawatirkan banyak orang dimaksudkan untuk membangun senjata atom.
Bulan lalu, Iran mengatakan bahwa Teheran memperkaya uranium hingga kemurnian 20 persen. Angka itu jauh di atas level 3,67 persen yang ditetapkan oleh kesepakatan itu. Pemerintahan Biden mengatakan, harus bekerja segera untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir.
Sementara itu, pemimpin spiritual Iran Ali Khamenei mengatakan, supaya Iran kembali ke komitmennya berdasarkan kesepakatan, AS harus terlebih dahulu menghapus semua sanksi.
"Kami akan menilai, dan jika kami melihat bahwa mereka telah bertindak dengan setia dalam hal ini, kami akan kembali ke komitmen kami," katanya dikutip BBC, Senin. "Itu adalah keputusan yang tidak dapat diubah dan final dan semua pejabat Iran memiliki konsensus mengenai itu."