Rabu 05 May 2021 14:16 WIB

Kontraksi Kuartal I, Bukti Perekonomian Sanggup Bertahan

Dampak pandemi Covid-19 masih membayangi pertumbuhan perekonomian.

Red: Indira Rezkisari
Suasana pusat perbelanjaan Thamrin City di Jakarta. Konsumsi masyarakat merupakan salah satu tulang punggung pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pada Rabu (5/5), BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I Indonesia masih mengalami kontraksi sebesar minus 0.74 persen.
Foto:

BPS mencatatkan konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 2,23 persen pada kuartal I 2021. Realisasi tersebut sebenarnya menunjukkan arah yang membaik jika dibandingkan dengan kuartal II sampai IV pada 2020. Tercatat pada kuartal II 2020 konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar 5,52 persen, kuartal III 2020 sebesar 4,05 persen, dan kuartal IV 2020 sebesar 3,61 persen.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, mengatakan mengatakan di antara enam komponen konsumsi rumah tangga, terdapat dua komponen yang masih tumbuh positif yaitu perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 1,27 persen, serta kesehatan dan pendidikan sebesar 0,31 persen. Sedangkan empat lainnya masih terkontraksi seperti makanan dan minuman selain restoran sebesar minus 2,31 persen, pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya sebesar minus 2,71 persen, transportasi dan komunikasi sebesar minus 4,24 persen, serta restoran dan hotel sebesar minus 4,16 persen.

“Yang masih mengalami kontraksi cukup dalam adalah transportasi dan komunikasi, satu lagi adalah restoran dan hotel,” ujarnya saat konferensi pers virtual, hari ini.

Menurut Suhariyanto, terdapat banyak indikator kontraksi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2021. Misalnya, penjualan eceran masih terkontraksi sebesar 17,19 persen, seluruh kelompok penjualan makanan dan minuman, tembakau, sandang, suku cadang, serta aksesoris.

Selain itu, penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor, jumlah penumpang angkutan rel, laut, udara, serta tingkat hunian kamar hotel. “Angkutan rel masih terkontraksi 58 persen, angkutan laut 38 persen, dan angkutan udara 65 persen. Tingkat penghunian kamar hotel juga masih terkontraksi sebesar 35,71 persen,” ucapnya.

Selain konsumsi, BPS mengungkap sejumlah indikator pendukung pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021. Tercatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi sebesar minus 0,74 persen secara tahunan.

Suhariyanto mengatakan indikator pendukung antara lain produksi mobil pada kuartal satu 2021 sebanyak 255.312 unit atau naik 23,36 persen qtq dan turun 22,16 persen yoy. Kemudian penjualan mobil secara wholesale sebanyak 187.021 unit atau meningkat 16,63 persen qtq dan turun 21,05 persen yoy.

Penjualan sepeda motor secara wholesale sebanyak 1,29 juta unit atau naik 64,52 persen qtq, tapi turun 17,61 persen yoy. Selanjutnya produksi semen pada kuartal empat 2021 sebesar 15,18 juta ton atau turun 18,10 persen qtq maupun 2,15 persen yoy.

“Secara kuartalan, pertumbuhan PDB Indonesia juga masih terkontraksi sebesar minus 0,96 persen (quarter-to-quarter/qtq).

Dibandingkan posisi kuartal I 2020 perekonomian Indonesia masih kontraksi 0,74 persen. Dibandingkan triwulan sebelumnya, ini perbaikan yang cukup signifikan,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, Suhariyanto menjelaskan inflasi pada kuartal satu 2021 sebesar 1,37 persen secara yoy. Inflasi bergerak lambat dikarenakan pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas orang sehingga sisi permintaan menjadi terhambat.

Adapun realisasi belanja negara (APBN) pada kuartal satu 2021 sebesar Rp 523,04 triliun meningkat dari kuartal satu 2020 sebesar Rp 452,41 triliun. Kemudian realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM sebesar Rp 219,7 triliun atau meningkat 4,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

photo
Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2021 membengkak. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement