Penelitian ini dilakukan bersama oleh ahli virologi dan penyakit menular dari Graduate School of Medical and Dental Sciences yang berafiliasi dengan Tokyo Medical and Dental University, Laboratorium Analisis Genom di the Research Institute for Intractable Diseases. dan Tohoku University Hospital. Tim menyebutkan dampaknya terhadap penularan virus sejauh ini masih belum jelas dan para peneliti berencana melakukan studi lebih lanjut.
Ketika terinfeksi varian virus corona yang membawa mutasi N501Y, pasien memiliki risiko infeksi sekunder yang lebih tinggi serta mengembangkan gejala parah dan kematian. Karena kesamaan antara N501Y dan N501S, peneliti percaya pasien yang terinfeksi N501S bisa menghadapi prognosis yang sama.
Takeuchi mengatakan upaya penuh harus dilakukan untuk mengekang infeksi Covid-19, sebab penularan virus lebih jauh dapat menyebabkan terus munculnya varian baru di Jepang. Ia juga menyerukan penggunaan analisis genetik untuk meningkatkan pemantauan virus.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, varian delta sama menularnya dengan cacar air dan sekitar dua kali lebih menular dari varian sebelumnya. Jepang pertama kali menemukan kasus varian delta pada 20 April dan kini varian tersebut telah mendominasi di sana.