Sabtu 04 Sep 2021 10:25 WIB

BNPB: Pengendalian Covid-19 untuk Transisi ke Endemi

Pemerintah telah mencanangkan pergeseran fase pandemi menjadi endemi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pengendalian pandemi Covid-19 menjadi pengubah situasi untuk masa transisi menjadi fase endemi. (Foto: Petugas kesehatan mempersiapkan sejumlah alat medis di ruangan ICU Khusus COVID-19)
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pengendalian pandemi Covid-19 menjadi pengubah situasi untuk masa transisi menjadi fase endemi. (Foto: Petugas kesehatan mempersiapkan sejumlah alat medis di ruangan ICU Khusus COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pengendalian pandemi Covid-19 menjadi pengubah situasi untuk masa transisi menjadi fase endemi. Dalam situasi endemi, kemunculan kasus Covid-19 sudah menjadi hal yang konstan dan biasa.

"Game changer-nya bagaimana kita bisa transisi menuju fase endemi, di mana kita tidak khawatir lagi, karena kita tidak akan bisa mengatasinya lagi," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers daring Tim Intelijen Penanggulangan Bencana yang dipantau dari Jakarta, Jumat (4/9).

Baca Juga

Abdul menjelaskan pemerintah telah mencanangkan pergeseran fase pandemi menjadi endemi sehingga BNPB perlu menerjemahkannya menjadi peta jalan jangka panjang. Pengendalian Covid-19 dilakukan dengan kepatuhan penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak), pelaksanaan 3T (testing, tracing, treatment), dan cakupan vaksinasi yang tinggi.

Dia mencontohkan pengendalian Covid-19 yang dilakukan negara Israel, Inggris dan Amerika Serikat. Di negara-negara itu, cakupan vaksin Covid-19 telah mencapai angka 60 persen sehingga ketika angka kasus konfirmasi positif meninggi, tidak sampai membuat situasi menjadi buruk.

"Artinya ketika orang yang terpapar Covid-19 banyak, tapi tidak ada perburukan," ujar dia.

Abdul memaparkan hingga kini, terhitung dari 3 Juli hingga 2 September, kasus aktif turun dari 12,48 persen menjadi 4,30 persen. Kemudian persentase kasus sembuh meningkat dari 84,86 persen menjadi 92,43 persen.

Sementara angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit dari 75 persen menjadi 23 persen. Namun, hingga kini angka kematian akibat Covid-19 masih meningkat dari 2,66 persen menjadi 3,27 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement