REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pengendalian pandemi Covid-19 menjadi pengubah situasi untuk masa transisi menjadi fase endemi. Dalam situasi endemi, kemunculan kasus Covid-19 sudah menjadi hal yang konstan dan biasa.
"Game changer-nya bagaimana kita bisa transisi menuju fase endemi, di mana kita tidak khawatir lagi, karena kita tidak akan bisa mengatasinya lagi," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers daring Tim Intelijen Penanggulangan Bencana yang dipantau dari Jakarta, Jumat (4/9).
Abdul menjelaskan pemerintah telah mencanangkan pergeseran fase pandemi menjadi endemi sehingga BNPB perlu menerjemahkannya menjadi peta jalan jangka panjang. Pengendalian Covid-19 dilakukan dengan kepatuhan penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak), pelaksanaan 3T (testing, tracing, treatment), dan cakupan vaksinasi yang tinggi.
Dia mencontohkan pengendalian Covid-19 yang dilakukan negara Israel, Inggris dan Amerika Serikat. Di negara-negara itu, cakupan vaksin Covid-19 telah mencapai angka 60 persen sehingga ketika angka kasus konfirmasi positif meninggi, tidak sampai membuat situasi menjadi buruk.
"Artinya ketika orang yang terpapar Covid-19 banyak, tapi tidak ada perburukan," ujar dia.
Abdul memaparkan hingga kini, terhitung dari 3 Juli hingga 2 September, kasus aktif turun dari 12,48 persen menjadi 4,30 persen. Kemudian persentase kasus sembuh meningkat dari 84,86 persen menjadi 92,43 persen.
Sementara angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit dari 75 persen menjadi 23 persen. Namun, hingga kini angka kematian akibat Covid-19 masih meningkat dari 2,66 persen menjadi 3,27 persen.