Glorifikasi kebebasan Saipul Jamil ditambah dengan kemunculannya kembali di layar televisi kemudian menyulut kontroversi. Di media sosial, muncul petisi yang sudah ditandatangani hingga 300 ribu orang, memboikot Saipul Jamil yang adalah terpidana pelecehan seksual terhadap anak.
Tak hanya penggalangan pemboikotan dari warganet, kalangan industri film juga ikut bersuara lantang. Salah satunya dari CEO Visinema Group, Angga Sasongko.
Angga dengan tegas menghentikan pembicaraan kesepakatan distribusi film “Nussa” dan “Keluarga Cemara” dengan stasiun televisi terkait. Hal itu dilakukan karena stasiun televisi itu dianggap tidak menghormati korban dalam kasus Saipul Jamil.
“Menyikapi hadirnya Saiful Jamil di televisi dengan cara yang tidak menghormati korban, maka kami memberhentikan semua pembicaraan kesepakatan distribusi film Nussa & Keluarga Cemara dg stasiun TV terkait karena tidak berbagi nilai yang sama dengan karya kami yang ramah anak,” tulis Angga dalam akun Twitter-nya.
“Pemberitahuan ini dimaksudkan untuk mendukung gerakan yang melawan dirayakannya pelaku kekerasan seksual pada anak di media-media, serta menjadi kesadaran bersama pentingnya media-media yang menghargai anak-anak kita,” tulisnya lagi.
Baca juga : KPI Bebas Tugaskan Terduga Pelaku Pelecehan Seksual
Sikap tegas ini bukan hanya berlaku pada satu stasiun televisi nasional itu saja, melainkan untuk semua stasiun televisi jika ikut melakukan hal serupa.
“Pemberhentian pembicaraan kesepakatan ini berlaku tidak hanya kepada stasiun TV yang sudah menayangkan, tapi juga stasiun TV lain yang nantinya melakukan tayangan serupa. Demikian pernyataan sikap kami. Terima kasih,” tulisnya mengakhiri.
PENYATAAN SIKAP. Menyikapi hadirnya Saiful Jamil di televisi dengan cara yang tidak menghormati korban, maka kami @visinemaid, memberhentikan semua pembicaraan kesepakatan distribusi @filmnussa & @filmkeluargacemara dengan stasiun TV terkait pic.twitter.com/ZHfO5DuURI
— #SatuPesanBaik (@VisinemaID) September 5, 2021
Komika yang juga sineas, Ernest Prakasa juga ikut angkat bicara mengenai hal ini, dan mengkritik keras Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Lewat akun Twitter-nya, Ernest menulis awal kalimat dengan mencium ‘bau busuk menyengat’.
“Bau busuk apa yang menyengat ini? Oh, ternyata bau bangkai dari matinya nurani stasiun TV yang memperlakukan mantan napi pelecehan seksual bagaikan pahlawan,” ujar Ernest dalam cuitannya.
Selain lewat Twitter, Ernest juga mempertanyakan kinerja KPI melalui reels Instagram-nya. Ernest juga mengaitkan buruknya kinerja KPI akibat adanya kasus pelecehan seksual di wilayah kerja KPI yang saat ini proses hukumnya sedang berjalan.
“Ke mana KPI?!?! Oh iya lupa, lagi sibuk nyoret-nyoretin biji pake spidol… Parah banget dasar Komisi Penyiaran Indianapolis,” kata sutradara “Imperfect” itu yang mengubah kata ‘Indonesia’ menjadi ‘Indianapolis’.