Senin 06 Sep 2021 18:55 WIB

Pandemi tak Bisa Diselesaikan dengan Kebijakan Tambal-Sulam

Kebijakan tambal-sulam membuat RI seperti terjebak di 'lingkaran setan' pandemi.

Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada seorang anak saat vaksinasi massal di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/8/2021). Presiden Joko Widodo menargetkan hingga akhir Agustus 2021 jumlah penerima vaksin Covid-19 di Indonesia mencapai 100 juta guna membentuk kekebalan kelompok sehingga pandemi Covid-19 segera berakhir.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada seorang anak saat vaksinasi massal di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/8/2021). Presiden Joko Widodo menargetkan hingga akhir Agustus 2021 jumlah penerima vaksin Covid-19 di Indonesia mencapai 100 juta guna membentuk kekebalan kelompok sehingga pandemi Covid-19 segera berakhir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dian Fath Risalah, Rizky Suryarandika

Gelombang kedua infeksi Covid-19 di Indonesia yang puncaknya terjadi pada 15 Juli 2021, boleh jadi bukanlah yang terakhir. Corona diyakini masih mengintai lewat mutasi virus yang mengancam efikasi vaksin.

Baca Juga

Dilansir dari laporan Satgas Penanganan Covid-19, pada gelombang pertama infeksi, November 2020 hingga Januari 2021, Indonesia mencatat peningkatan kasus harian dari 24.932 hingga 89.052. Pada gelombang infeksi kedua Mei hingga Juli 2021 terjadi lonjakan kasus dari 35.470 menjadi 253.600 kasus.

Pemerintah pun mengerahkan segala daya dan upaya untuk menekan angka kasus. Salah satunya melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara berkala, pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan hingga mempercepat laju vaksinasi di seluruh provinsi.

Hasilnya, kasus Covid-19 di tingkat nasional per 29 Agustus 2021 mengalami penurunan hingga 86,9 persen jika dibandingkan dengan gelombang kedua. Namun, angka kasus positif itu masih setara dua kali lipat dari gelombang pertama di Agustus 2021.

Hingga Rabu (1/9), menurut data Satgas Penanganan Covid-19, sudah dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) di Indonesia pada 5.790 sampel. Ditemukan 2.323 di antaranya merupakan varian yang diwaspadai yaitu Alpha, Beta, dan Delta.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, efikasi vaksin berbasis m-RNA menurun cukup drastis saat berhadapan dengan virus corona varian Delta. Kondisi itu diamati Budi terjadi pada lonjakan kasus gelombang kedua di sejumlah negara dengan laju vaksinasi yang tinggi seperti Amerika Serikat (51 persen) dan Israel (63 persen).

"Inggris lebih landai dari segi perawatan dan juga dari kematian. Perbedaan dari tiga negara ini adalah Amerika Serikat dan Israel lebih besar porsi vaksin mRNA. Inggris lebih besar komposisi penggunaan vaksin AstraZeneca (berplatform Adenovirus)," kata Budi pekan lalu.

Atas pertimbangan tersebut, Kementerian kesehatan (Kemenkes) pun mengubah strategi pencapaian herd immunity atau kekebalan komunal dari semula mencapai 70 persen populasi, namun saat ini menyasar kepesertaan vaksinasi sebanyak mungkin penduduk. Dari total target sasaran vaksinasi nasional berkisar 208 juta lebih jiwa, capaian vaksinasi nasional saat ini baru berkisar 32,1 persen.

"Kita sudah melakukan serangkaian analisa evaluasi situasi, di mana capaian herd immunitytidak lagi 70 hingga 80 persen (populasi), tapisebagian besar masyarakat di Indonesia itu bisa divaksinasi," kata Wakil Menkes RI Dante Saksono Harbuwono.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement