Kamis 07 Oct 2021 09:46 WIB

Bergerak Mix, IHSG Kembali Berpotensi Menguat

IHSG menguat ke level 6.441,06 setelah sempat dibuka melemah tipis di level 6.414,91.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja membersihkan patung banteng dengan latar belakang layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/9/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mix pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (7/10).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra/wsj.
Pekerja membersihkan patung banteng dengan latar belakang layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/9/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mix pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mix pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (7/10). IHSG menguat ke level 6.441,06 setelah sempat dibuka melemah tipis di level 6.414,91. 

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak menguat pada hari ini. Hal ini sejalan dengan indeks saham di Asia dibuka naik mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam.

Hang Seng pagi ini menguat 2 persen diikuti Nikkei 225 yang menguat 1,67 persen serta Starit Times naik 0,97 persen. Sementara DJI semalam ditutup menguat 0,30 persen dan S&P 500 menguat 0,41 persen. Nasdaq memimpin kenaikan sebesar 0,47 persen. 

"Ivestor terus mempertimbangkan prospek pemulihan ekonomi di tengah risiko inflasi yang dipicu oleh lonjakan harga energi," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Kamis (7/10).

Kenaikan indeks juga ditopang oleh optimisme investor bahwa politisi dari Partai Demokrat dan Partai Republick di Kongres (MPR) AS akan mencapai kesepakatan untuk menghindari terjadinya gagal bayar oleh Pemerintah AS. 

Imbal hasil surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) stabil dan hanya turun 1 bps menjadi 1,52 persen setelah data ADP Employment Change memperlihatkan sektor swasta di AS menambah 568 ribu pekerja baru di bulan September, menyusul penambahan 340 ribu di bulan Agustus.

"Investor juga mempunyai ekspektasi penurunan pada data Initial Jobless Claims nanti malam yang sudah mengalami kenaikan selama tiga minggu beruntun," demikian disebutkan dalam riset. 

Di pasar komoditas, harga minyak mentah turun dengan harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis WTI mencatatkan penurunan pertama dalam lima hari terakhir setelah data memperlihatkan persediaan BBM AS secara tak terduga mengalami kenaikan.

Investor juga bereaksi atas berita bahwa Menteri Energi AS Jennifer Granhom tidak menutup kemungkinan melepas minyak mentah dari cadangan strategis Pemerintah AS dan melarang impor BBM untuk mengendalikan dan menurunkan harga. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement