Kamis 30 Dec 2021 22:56 WIB

Perwakilan Rusia dan AS Bertemu Bahas Perjanjian Nuklir Iran

Washington dan Moskow berkoordinasi untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran.

Rep: Dwina/ Red: Teguh Firmansyah
 Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.
Foto: ap/Planet Labs Inc.
Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat tinggi Rusia untuk Iran Rusia Mikhail Ulyanov pada Rabu (29/12) telah bertemu perwakilan Amerika Serikat (AS) di Wina. Delegasi dari kedua belah pihak mengatakan Moskow dan Washington sedang berkoordinasi dalam upaya untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015 .

Ulyanov menulis di Twitter bahwa dia telah bertemu dua kali dengan utusan khusus AS untuk Iran, Robert Malley. Dia mengunggah foto dirinya dan diplomat AS yang duduk di seberang meja panjang.

Baca Juga

"Konsultasi dan koordinasi erat antara delegasi Rusia dan AS selama pembicaraan di Wina merupakan prasyarat penting untuk kemajuan menuju pemulihan JCPOA," tulis Ulyanov merujuk pada kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak membahas rincian pembicaraan diplomatik. Namun,  Ulyanov menegaskan, pertemuan dua perwakilan ini mempertahankan dialog intensif dan berguna dalam pembicaraan nuklir di Wina berikutnya untuk menemukan cara pemulihan JCPOA.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengadakan panggilan telepon dengan rekan-rekannya dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Departemen Luar Negeri menyatakan, mereka melakukan pembicaraan nuklir Iran termasuk di antara topik yang dibahas.

"Menteri dan rekan-rekannya juga membahas keprihatinan bersama mereka tentang laju perkembangan program nuklir Iran karena waktu semakin singkat bagi Teheran untuk kembali ke JCPOA," kata juru bicara Departemen Ned Price dalam sebuah pernyataan tentang panggilan tersebut.

JCPOA 2015 mencabut sanksi terhadap Teheran dengan imbalan pembatasan aktivitas atomnya. Namun, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018, setahun setelah menjabat. Iran kemudian melanggar banyak pembatasan kesepakatan nuklir dan terus mendorong pengayaan uranium melampaui yang sudah ditentukan.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan akan membahas pembicaraan nuklir Iran pada Kamis (30/12). Mereka akan mengadakan pertemuan virtual untuk pembahasan itu.

"Saya percaya bahwa mereka (Biden dan Putin) kemungkinan akan membahasnya (Iran) lagi besok mengingat bahwa kami memiliki pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina sekarang dan AS, mitra Eropa kami dan Rusia telah berkoordinasi cukup erat di Wina, bekerja cukup konstruktif bersama di Wina," kata pejabat senior AS itu.

Iran menolak untuk bertemu dengan pejabat AS secara langsung. Artinya pembicaraan harus berjalan bergantian antara Iran dan AS dengan negara lain yang terlibat dalam JCPOA, yaitu Rusia, Cina, Prancis, Inggris, Jerman, dan Uni Eropa. Dwina Agustin/reuters

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement