Secara umum, istilah abuse menunjukkan sebuah pola perilaku yang digunakan oleh satu orang untuk memegang kendali dan kontrol atas pasangannya. Abuse tak hanya terbatas pada kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan emosional dan verbal. Beberapa contohnya adalah memberikan ancaman dan hinaan, pemaksaan hubungan seksual, penyalahgunaan keuangan, hingga penguntitan.
Apapun bentuk abuse yang terjadi, pihak penganiaya akan memiliki kendali dan kontrol yang lebih besar atas pasangannya. Ketika pasangan tersebut kemudian bereaksi secara fisik, mental, atau emosional dalam tingkat yang dan kasar, hal tersebut tidak serta-merta membuat sang pasangan menjadi seorang penganiaya juga.
"Saya tidak percaya dengan istilah mutual abuse," jelas Glenn.
Reaksi yang intens atas perilaku abusive dianggap sebagai bentuk pembelaan diri. Namun, ketika aksi defensif terjadi ketika tak ada ancaman, aksi tersebut bukan lagi sebuah bentuk pembelaan diri.
"Pembelaan diri terjadi pada momen ketika seseorang menerima kekerasan atau memiliki keyakinan bahwa kekerasan akan segera terjadi," jelas terapis dan pekerja sosial Darcy Sterling.