Rabu 15 Jun 2022 17:51 WIB

Kasus Terus Naik, Penyebabnya Dipantau 2-4 Pekan ke Depan

Hari ini penambahan kasus Covid-19 capai 1.242 kasus.

Red: Indira Rezkisari
 Sejak temuan subvarian baru pemerintah memang sudah memprediksi akan terjadi kenaikan kasus Covid-19. Warga diminta melakukan booster vaksin dan terus disiplin protokol kesehatan.
Foto:

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang mudah menular bisa menyebabkan infeksi atau infeksi kembali (reinfeksi) di masyarakat. Namun, kemampuan tes Covid-19 yang menurun dan mayoritas yang tertular subvarian ini tidak mengalami gejala sehingga kasusnya tidak terungkap.

"Berbicara gelombang baru kasus Covid-19, di tahun ketiga ini kita akan kelihat tren gelombang akan sangat berbeda, artinya bukan berarti virusnya melemah. Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia yang menurun upaya tes dan pelacakannya," ujar Dicky saat dihubungi Republika, Rabu (15/6/2022).

Ia menjelaskan, situasi Covid-19 saat ini memang jauh lebih melandai sementara modal kekebalan tubuh masyarakat juga semakin meningkat karena divaksin Covid-19 dua dosis. Namun, di sisi lain adanya subvarian BA.4 dan BA.5 yang memiliki karakter cepat sekali menular apalagi kalau pelonggaran banyak terjadi bisa menginfeksi atau reinfeksi masyarakat.

"Sehingga kalau bicara jumlah kasus Covid-19 nantinya, yang terinfeksi bisa banyak bahkan bisa melebihi Delta. Tapi dampak dari gelombang kasus Covid-19 kali ini berbeda, pertama karena modal imunitas lebih banyak dibandingkan Delta maka mayoritas mereka yang tertular tak ada gejala," katanya.

Dengan stretagi tes yang menurun, dia melanjutkan, tentu takkan ketahuan siapa yang terpapar virus ini. Namun, Dicky memprediksi kasus harian antara 1.000 atau 5.000. Kalaupun kasus harian ini mencapai 50 ribu tertular subvarian ini, Dicky memperkirakan yang tertular subvarian ini tidaklah bergejala atau kalaupun bergejala ringan.

"Puncak kasus yang rawan, terutama kelompok berisiko diprediksi hingga akhir Agustus," ujarnya.

Karena yang terinfeksi nantinya banyak yang tak bergejala, ia memprediksi tingkat keterisian fasilitas kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan saat varian delta terjadi. Angka kematian juga diperkirakan lebih sedikit.

Namun, Dicky mengingatkan jika lambat memproteksi kelompok rawan seperti lanjut usia (lansia), penyakit penyerta (komorbid), dan kelompok anak terutama memberikan vaksin Covid-19 tiga dosis dan pengabaian masker atau prokes lainnya akan memiliki cerita berbeda. Ia mengingatkan apa yang dialami Portugal yang mengalami kelompok rawan banyak terpapar  bisa dialami Indonesia. Akhirnya beban rumah sakit meningkat dan jumlah keterisiannya mendekati sama seperti saat varian Delta terjadi.

"Hanya yang berkurang adalah kasus kematiannya karena dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk kesiapan di layanan kesehatan," katanya.

Meski kasus kematian akibat tertular subvarian BA.4 dan BA.5 diperkirakan tak sebanyak saat varian Delta terjadi, Dicky mengingatkan infeksi Covid-19 punya dampak jangka pendek, menengah, hingga panjang. Ini termasuk subvarian BA.4 dan BA.5 berdampak pada sistem saraf, otak, bahkan hepatitis yang terkait dengan Covid-19.

"Jadi, dampak Covid-19 jangan disepelekan karena ada dampak ikutan," katanya.

photo
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement