REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono menegaskan, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Yogyakarta bukanlah pertarungan antara pusat dan daerah menyangkut keistimewaan DIY.

Santer terdengar Pilkada Kota Yogyakarta yang berlangsung 25 September 2011 lalu merupakan pertarungan Sultan dengan Presiden SBY terkait keistimewaan DIY. Sultan diindikasikan mendukung Pasangan calon Haryadi Suyuti-Imam Priyono (HATI) dan SBY di indikasikan mendukung paslon nomor 2 Hanafi Rais-Tri Hardjun (FITRI).

 "Jika ada anggapan seperti itu, maka itu adalah anggapan yang dibesar-besarkan saja. Tidak ada hubungannya pemilihan kepala daerah dengan pertarungan tertentu, seperti itu. Pilkada Kota ini peristiwa demokratis biasa saja," tandas Sultan kepada wartawan usai menghadiri acara syawalan keluarga besar Pemkot Yogyakarta di Balaikota Yogyakarta, Selasa (27/9).

Sultan berharap anggapan itu tidak dilebih-lebihkan. Dia meminta Pilkada Kota Yogyakarta bisa ditempatkan dalam sebuah kerangka budaya dan proses demokrasi yang wajar. Sultan juga berharap kepada pasangan yang terpilih dalam Pilkada Kota Yogyakarta bisa meningkatkan capaian yang lebih baik lagi dari pemerintahan sebelumnya.

"Selama 10 tahun masa jabatan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, telah ada berbagai pencapaian yang dibuktikan dengan prestasi. Apa yang sudah terkonsolidasikan dengan baik, seharusnya bisa dijalankan dengan semestinya pada pemerintahan berikutnya," katanya. Dia berharap, pasangan kepala daerah yang baru bisa membangun peradaban Kota Yogyakarta yang baru, yaitu kota yang aman dan nyaman serta mulia.

Sementara itu berdasarkan evaluasi awal Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta terhadap Pilkada setempat (25/9) kemarin, angka partisipasi masyarakat mencapai 63,60 persen.

Ikuti Whatsapp Channel Republika