REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, meminta maaf kepada sang adik, Deri Djanggola, yang ditolaknya untuk menduduki jabatan Sekretaris Daerah Sulteng. Longki mengaku terpaksa menolak Deri karena tidak siap menerima kenyataan sang adik menjadi bawahannya.
"Sekjen Kementerian Dalam Negeri memberi tahu saya. Sesuai hasil fit and proper test di Kemendagri, nilai Deri Djanggola sebenarnya yang paling tinggi di antara tiga calon,'' kata Longki. ''Namun, saya tidak kuat mental untuk menerima kenyataan itu."
Longki menyatakan hal tersebut saat pelantikan Amdjad Lawasa sebagai Sekdaprov Sulteng di Palu pada Rabu. Dia mengajukan tiga calon Sekdaprov untuk menggantikan Rais Lamangkona yang telah pensiun. Ketiga calon tersebut adalah Amdjad Lawasa (Sekda Poso), Deri Djanggola (Kepala badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) dan Abubakar Almahdali (Kadis Pendidikan).
Ketiga calon dipanggil ke Kemendagri untuk memaparkan visi dan misi serta konsep mereka bila menjadi sekdaprov. Setelah fit and proper test rampung dilaksanakan, Longki mengaku mendapat telepon dari Sekjen Kemendagri yang mengatakan bahwa Deri mendapat nilai paling tinggi.
"Akan tetapi, saya katakan kepada Sekjen bahwa saya belum kuat mental untuk menerima kenyataan ini (adiknya Deri Djanggola menjadi Sekdaprov)," katanya.
Longki yang baru tujuh bulan menjabat Gubernur Sulteng itu mengaku beban psikologis seperti ini pernah terjadi saat Prof Aminuddin Ponulele menjabat Gubernur Sulteng pada 2001-2006. Anwar Ponulele, adik kandung Aminuddin, saat itu juga dinyatakan sebagai figur paling tinggi nilainya untuk menjadi Sekdaprov. Namun, Aminuddin kemudian merestui calon lain.