REPUBLIKA.CO.ID, RABAT — Jerman akan menggelar kembali festival bir atau yang disebut Oktoberfest. Maroko pun berniat melakukan hal yang sama tapi mendapatkan banyak kecaman.
Festival bir yang rencananya akan di gelar di pinggiran Casablanca Bouskoura pada 28 Oktober nanti telah menimbulkan kontroversi di negara mayoritas Muslim itu. Ditambah lagi, festival bir yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang Jerman (AHK) ini akan berlangsung selama 16 hari.
"Rasakan suasana unik Oktoberfest di bawah tenda dengan lebih dari 300 kursi di Bouskoura," demikian bunyi pengumuman Twitter oleh AHK dilansir Al Araby, Senin (25/7/2022).
Rencana penyelenggaraan festival bir ini pernah dicetuskan Maroko pertama kali pada 2015 silam. Akan tetapi kemudian pemerintah kota Kasablanka membatalkan rencana tersebut. Sedangkan tahun ini masih belum diketahui apakah festival bir benar-benar akan dilaksanakan di Maroko.
Seperti pada 2015, pengumuman AHK di media sosial itu mendapat banyak reaksi negatif. Banyak yang mengatakan acara semacam itu adalah "ide buruk" dan tidak boleh terjadi di Maroko. Ide festival bir di Maroko dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya negara itu.
Meskipun alkohol tidak ilegal di negara Afrika Utara, penduduknya dianggap sebagian besar masih beragama. Namun sebagian lain menganggap festival bir akan mampu membangkitkan ekonomi negara yang sedang berjuang membuka pasar baru dan mendorong lebih banyak wisatawan untuk berkunjung.
Maroko sangat bergantung pada pariwisata, yang secara langsung bertanggung jawab atas puluhan ribu pekerjaan dan miliaran kontribusi terhadap ekonomi. Sektor pariwisata Maroko sangat terpengaruh oleh pandemi Covid-19 dan banyak karantina wilayah.
Festival bir ini sangat terkenal secara global di Jerman dan berhasil menarik ribuan pengunjung setiap tahun. Oktoberfest merupakan salah satu festival bir yang tertua, dimulai pada 1810.