Kamis 13 Oct 2022 16:50 WIB

KSP: Isu Ijazah Palsu Presiden Hanya Bikin Gaduh

Publik tidak perlu fokus untuk mencari tahu motif dan pelaku di balik tuduhan ijazah.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Ijazah Palsu (ilustrasi)
Foto: Radiocirebon
Ijazah Palsu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Joanes Joko meminta publik agar tidak mudah terhasut pada isu-isu yang belum terkonfirmasi kebenarannya. Hal ini disampaikannya menanggapi berkembangnya isu ijazah palsu Presiden Joko Widodo di sosial media dalam sepekan terakhir.

Ia pun mengajak agar publik mulai fokus pada isu kenegaraan yang lebih besar dampaknya bagi masyarakat. “Indonesia telah menorehkan prestasi karena menjadi salah satu negara di dunia yang tangguh menangani pandemi Covid-19. Sayangnya, prestasi membanggakan yang harusnya dielu-elukan ini malah tidak terlihat karena berkembangnya tuduhan ijazah palsu Presiden,” kata Joko, dikutip dari siaran pers KSP, Kamis (13/10/2022).

Baca Juga

Joko juga menegaskan, publik tidak perlu fokus untuk mencari tahu motif dan pelaku di balik tuduhan ijazah palsu Presiden Jokowi. Sebaliknya, ia mengajak agar semua pihak mengerahkan pikiran dan tenaga menghadapi ketidakpastian global ke depan. Tuduhan ijazah palsu yang belakangan ini berkembang pun dinilainya hanya membuat kegaduhan saja.

“Tuduhan ijazah palsu ini tidak lebih dari kegaduhan membabi buta. Narasinya miskin empati terhadap situasi krisis global yang saat ini sedang dihadapi,” kata dia.

Lebih lanjut, Joko menjelaskan bahwa Indonesia memiliki prestasi membanggakan yang patut diapresiasi dan mendapatkan perhatian dari publik. Misalnya terkait capaian ekonomi Indonesia yang tetap tangguh bahkan di tengah goncangan pandemi Covid-19.

Perlu diketahui, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5 persen selama tiga triwulan berturut-turut, termasuk di Q2-2022. Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai target 5,2 persen di 2022, dan pada 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan 5,3 persen. 

Selain itu, dunia juga mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam G20 yang konsisten mengkampanyekan perdamaian, kesetaraan serta ketahanan menghadapi krisis ekonomi, pangan dan energi.

“Namun sama seperti banyak negara lain di dunia, Indonesia juga tengah bersiap menghadapi krisis global. Mari pikirkan bagaimana caranya agar bangsa Indonesia tetap sejahtera, kebutuhan keluarga tetap terpenuhi dan bahan pangan tetap terjangkau. Kita harus mencurahkan energi dan pikiran untuk hal-hal yang produktif demi maslahat masyarakat banyak,” ujar Joko.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement