Selasa 21 Feb 2023 10:32 WIB

Gempa Kembali Menghantam Perbatasan Turki-Suriah

Gempa berkekuatan 6,4 skala ritcher dirasakan hingga Suriah, Mesir, dan Lebanon.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Personil darurat selama operasi pencarian dan penyelamatan di lokasi bangunan yang runtuh setelah gempa bumi
Foto: EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Personil darurat selama operasi pencarian dan penyelamatan di lokasi bangunan yang runtuh setelah gempa bumi

REPUBLIKA.CO.ID, ANTAKYA -- Gempa bumi melanda wilayah perbatasan Turki dan Suriah pada Senin (20/2/2023). Gempa tersebut berkekuatan 6,4 skala ritcher dan berpusat di dekat Kota Antakya di Turki selatan. Gempa ini dirasakan hingga Suriah, Mesir, dan Lebanon.

"Gempa ini berasa pada kedalaman 10 kilometer," kata Pusat Seismologi Mediterania Eropa (EMSC).

Baca Juga

Wali Kota Hatay, Lutfu Savas mengatakan kepada televisi HaberTurk bahwa dia telah menerima laporan tentang beberapa orang terjebak di bawah reruntuhan setelah gempa pada Senin. Tiga orang tewas dan lebih dari 200 lainnya cedera.

Di Samandag, Otoritas Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki (AFAD) melaporkan satu orang tewas. Sementara penduduk mengatakan, banyak bangunan runtuh tetapi sebagian besar penduduk kota sudah melarikan diri setelah gempa bumi dahsyat sekitar dua pekan lalu. Seorang warga, Muna Al Omar mengatakan, dia berada di tenda pengungsian di sebuah taman di pusat Antakya ketika terjadi gempa.

"Saya pikir bumi akan terbelah di bawah kaki saya," kata Al Omar sambil menangis dan menggendong putranya yang berusia 7 tahun.

Gempa terjadi dua pekan setelah daerah itu dihancurkan oleh gempa dahsyat berkekuatan 7,8 skala ritcher yang menewaskan lebih dari 47.000 orang dan merusak atau menghancurkan ratusan ribu rumah. AFAD pada Senin melaporkan, korban tewas akibat gempa dua minggu lalu naik menjadi 41.156 di Turki.

Jumlah korban diperkirakan meningkat dengan 385.000 apartemen diketahui telah hancur atau rusak parah dan banyak orang masih hilang. Presiden Tayyip Erdogan mengatakan, pekerjaan konstruksi di hampir 200.000 apartemen di 11 provinsi yang dilanda gempa di Turki akan dimulai bulan depan.

Di antara korban yang selamat dari gempa bumi adalah sekitar 356.000 wanita hamil yang sangat membutuhkan akses ke layanan kesehatan. Mereka termasuk 226.000 wanita di Turki dan 130.000 di Suriah. Sekitar 38.800 di antaranya akan melahirkan bulan depan.  Banyak dari mereka berlindung di kamp atau terkena suhu beku dan berjuang untuk mendapatkan makanan atau air bersih.

Di Suriah barat laut korban meninggal dunia akibat gempa mencapai 4.525 orang. Daerah tersebut dikendalikan oleh pemberontak yang berperang dengan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad, sehingga mempersulit upaya bantuan. Pejabat Suriah mengatakan 1.414 orang tewas di daerah yang berada di bawah kendali pemerintah Assad.

Badan amal medis Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan konvoi 14 truknya telah memasuki Suriah barat laut melalui Turki pada Ahad (19/2/2023) untuk membantu operasi penyelamatan.

Program Pangan Dunia juga telah menekan pihak berwenang di wilayah itu untuk berhenti memblokir akses bantuan dari wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah.

Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan, pada Senin pagi, 197 truk bermuatan bantuan kemanusiaan PBB telah memasuki Suriah barat laut melalui dua penyeberangan perbatasan.

Ribuan pengungsi Suriah di Turki telah kembali ke rumah mereka di Suriah barat laut untuk menghubungi kerabat yang terkena dampak gempa. Di perbatasan Cilvegozu, Turki pada Senin pagi ratusan warga Suriah mengantri untuk menyeberang. Mustafa Hannan bersama mengantar istrinya yang sedang hamil dan putranya yang berusia 3 tahun mengatakan, dia melihat sekitar 350 orang menunggu untuk bisa melintasi penyeberangan.

Hannan mengatakan, keluarganya akan pergi selama beberapa bulan setelah rumah mereka di Antakya runtuh. Pihak berwenang berkomitmen bahwa para pengungsi dapat menghabiskan waktu hingga enam bulan di Suriah tanpa kehilangan kesempatan untuk kembali ke Turki. Namun Hannan khawatir dia dan keluarganya tidak dapat izin untuk kembali ke Turki.

"Saya khawatir mereka tidak akan diizinkan kembali. Kita sudah terpisah dari bangsa kita. Apakah kita akan terpisah dari keluarga kita sekarang juga? Jika saya membangun kembali di sini (Turki) tetapi mereka tidak dapat kembali, hidup saya akan hilang," ujar Hannan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement