Sabtu 25 Mar 2023 11:00 WIB

Jepang Larang Peneliti Cina dan Rusia di Badan Antariksa

ISAS menetapkan standar baru untuk menerima peneliti dan mahasiswa asing.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, modul lab stasiun ruang angkasa China Mengtian dan roket Long March-5B Y4 diangkut ke area peluncuran di Pusat Peluncuran Satelit Wenchang di Provinsi Hainan, China selatan pada 25 Oktober 2022. China telah meluncurkan modul ketiga dan terakhir untuk menyelesaikan stasiun ruang angkasa permanennya, mewujudkan upaya lebih dari satu dekade untuk mempertahankan kehadiran awak yang konstan di orbit.
Foto: AP/Tu Haichao/Xinhua
Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, modul lab stasiun ruang angkasa China Mengtian dan roket Long March-5B Y4 diangkut ke area peluncuran di Pusat Peluncuran Satelit Wenchang di Provinsi Hainan, China selatan pada 25 Oktober 2022. China telah meluncurkan modul ketiga dan terakhir untuk menyelesaikan stasiun ruang angkasa permanennya, mewujudkan upaya lebih dari satu dekade untuk mempertahankan kehadiran awak yang konstan di orbit.

REPUBLIKA.CO.ID,  TOKYO  -- Jepang memberlakukan larangan terhadap peneliti Cina dan Rusia di lembaga ilmiah badan antariksa Institute of Space and Astronautical Science (ISAS). Kabar ini dilaporkan media Jepang, Kyodo News, Jumat (24/3/2023).

"ISAS menetapkan standar baru untuk menerima peneliti dan mahasiswa asing yang mulai berlaku pada September tahun lalu," kata sumber yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut.

Baca Juga

Menurut kantor berita yang berbasis di Tokyo, langkah ISAS untuk melindungi informasi teknologi sensitif yang dapat digunakan untuk tujuan militer. Mereka yang berasal dari Korea Utara, Iran, Irak, dan Belarusia sebelumnya dilarang menjalani pemeriksaan untuk memasuki ISAS.

“Langkah itu dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mencegah teknologi yang digunakan dalam satelit dan roket diakses oleh badan asing yang mengembangkan senjata pemusnah massal,” ujar laporan itu dikutip dari Anadolu Agency..

Japan Aerospace Exploration Agency yang memiliki ISAS menolak mengomentari masalah tersebut. Namun sampai sekarang peneliti yang berasal dari Cina, India, dan anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tunduk pada pengecualian tertentu. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement