REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebuah kapal tanker yang mengangkut minyak mentah mogok di Terusan Suez Mesir karena mengalami kerusakan mesin pada Ahad (4/6/2023). Berhentinya kapal tanker minyak mentah ini pun mengganggu lalu lintas di jalur perairan laut dunia, kata juru bicara kanal Terusan Suez tersebut.
"Kapal Tanker Seavigour berbendera Malta mengalami kerusakan mekanis pada jarak 12 kilometer (7,5 mil) dari terusan," kata George Safwat, juru bicara Otoritas Terusan Suez Mesir.
Otoritas yang mengelola terusan ini kemudian mengerahkan tiga kapal tunda untuk menarik kapal tanker tersebut, agar kapal-kapal lain bisa diizinkan untuk melintas di jalur air tersibuk di dunia itu. "Kapal tanker tersebut merupakan bagian dari konvoi utara, yang transit di terusan dari Mediterania ke Laut Merah," katanya.
Kapal Tanker Seavigour dibangun pada tahun 2016, dengan panjang 274 meter (899 kaki) dan lebar 48,63 meter (159 kaki), demikian menurut MarineTraffic, penyedia layanan pelacakan kapal. Insiden mogoknya kapal di Terusan Suez pada Ahad ini, adalah kasus terbaru dari sebuah kapal yang dilaporkan terjebak di jalur air yang vital.
Sejumlah kapal kandas atau mogok sebelumnya telah terjadi berkali-kali di Terusan Suez selama beberapa tahun terakhir. Pada tanggal 25 Mei, sebuah kapal berbendera Hong Kong sempat akan menutup jalur terusan tersebut.
Pada tanggal 5 Maret, sebuah kapal berbendera Liberia kandas di bagian dua jalur jalur air. Kedua kapal tersebut berhasil kembali berlayar beberapa jam kemudian.
Selain itu, pada Maret 2021, Kapal Ever Given berbendera Panama, yang mengangkut kontainer dalam jumlah banyak, menabrak tepian di jalur tunggal terusan. Hal ini membuat badan kapal memblokir jalur air selama enam hari dan mengganggu perdagangan di perairan dunia.
Terusan yang dibuka pada tahun 1869 ini merupakan jalur penting bagi minyak, gas alam, dan kargo. Sekitar 10 persen perdagangan dunia mengalir melalui terusan ini, yang merupakan sumber utama pendapatan penting bagi pemerintah Mesir.
Menurut Otoritas Terusan Suez, tahun lalu, 23.851 kapal melewati jalur air tersebut, dibandingkan dengan 20.649 kapal pada tahun 2021. Pendapatan dari terusan ini pada tahun 2022 mencapai 8 miliar dolar AS, tertinggi sejak awal terusan ini dibangun.