REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Gelombang tinggi dilaporkan menerjang kawasan Pelabuhan Pamayang, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Jumat (18/8/2023). Terjangan gelombang itu mengakibatkan tiga perahu nelayan mengalami kerusakan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya Dedi Mulyadi mengatakan, tiga perahu yang bersandar di Pelabuhan Pamayang itu diduga saling bertabrakan akibat terkena gelombang tinggi. “Kayaknya tertimpa gelombang itu tadi dini hari. Pas pagi dilihat, ada tiga perahu yang karam,” kata dia, saat dikonfirmasi Republika, Jumat.
Nelayan yang berada di lokasi langsung berupaya evakuasi kapal yang karam. Ketiga perahu dikabarkan sudah bisa diangkat ke daratan pada Jumat siang.
Kejadian itu mengakibatkan nelayan mengalami kerugian. Selain badan perahu mengalami kerusakan, kata Dedi, mesin perahu juga rusak dan ada barang yang hilang.
“Kerugian akibat kejadian ini per perahu bisa mencapai Rp 30 juta. Kalau badan perahu mungkin bisa diperbaiki, tapi mesin pada rusak dan alat-alat banyak yang hilang,” ujar Dedi.
Menurut Dedi, rusaknya perahu nelayan akibat terkena gelombang saat bersandar di Pelabuhan Pamayang ini bukanlah kejadian yang pertama. Bulan lalu, dilaporkan ada sekitar delapan perahu yang rusak akibat kejadian serupa.
Dedi mengatakan, kejadian gelombang tinggi yang merusak perahu di Pelabuhan Pamayang cenderung meningkat tahun ini.
“Kejadian semacam ini memang ada tahun lalu, tapi tak separah sekarang. Sekarang karena sedang angin timur, jadi gelombang tinggi. Ditambah cuaca juga sedang jelek, jadi gelombang naiknya tinggi, berkisar 6-7 kaki atau 2,5-2,75 meter,” kata Dedi.
Menurut Dedi, kondisi pelabuhan juga sudah tidak ideal. Ia mengatakan, Pelabuhan Pamayang idealnya hanya menampung sekitar 100 perahu. Sementara saat ini ada lebih dari 200 perahu.
“Jadi, ketika ada gelombang tinggi, perahu pasti saling bertabrakan. Harusnya infrastruktur diperbaiki. Ini sudah berapa tahun tidak ada perbaikan,” kata Dedi.
Dedi mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) sebenarnya telah memiliki program perbaikan Pelabuhan Pamayang. Namun, program itu terhenti saat terjadi pandemi Covid-19.
“Padahal, pelabuhan itu sudah dangkal. Perahu juga tiap tahun bertambah, sementara kapasitas pelabuhan tetap sama. Jadilah over kapasitas,” katanya.