Namun Hakim Jeffrey White menyoroti, bahwa Mahkamah Agunglah yang membatalkan larangan perjalanan Muslim mantan Presiden Donald Trump dan oleh karena itu pengadilan dapat memberlakukan putusan terhadap kebijakan pemerintah sambil mempertahankan pemisahan antara peradilan dan legislatif.
Pembela juga keberatan dengan kesaksian ahli Holocaust Dr Barry Trachtenberg yang mengklaim pengetahuannya tidak relevan dengan kasus ini.
Trachtenberg telah menerbitkan pendapat pada November, yang memperingatkan bahwa peristiwa yang terjadi di Gaza dapat menyebabkan genosida, dia mengatakan bahwa apa yang dia pertanyakan sebelum dia yakin sekarang.
Sebagai penutup, berbicara untuk penggugat, pengacara Staf Senior Pam Spees, mengatakan, "Para penggugat hanya perlu menunjukkan bahwa ada pertanyaan serius yang mengarah pada manfaat; manfaatnya adalah bahwa genosida sedang berlangsung dan ada tugas untuk mencegah dan Amerika Serikat gagal dalam hal itu dan fakta memungkinkan dalam hal itu. Kami akan menyampaikan bahwa kami telah menunjukkan bahwa ada lebih dari sekadar pertanyaan serius.”
Satu-satunya tanggapan pemerintah adalah mengatakan kepada pengadilan ini bahwa mereka bahkan tidak dapat terlibat dalam pertanyaan ... karena itu menyentuh kebijakan luar negeri.
Menutup sidang, Hakim White mengatakan kasus itu adalah salah satu kasus yang paling sulit secara hukum. “Kesaksian yang kami dengar sangat menyayat hati, mengerikan. Pemerintah perlu meninjau apa yang terjadi pada rakyat Gaza, pada Palestina,” mata Hakim White.
Dia menambahkan bahwa dia ingin memberi tahu semua orang yang telah bersaksi bahwa "Anda telah terlihat, Anda telah didengar. Saya akan mempertimbangkan kesaksian Anda dan mempertimbangkan hukum.”
Tidak ada rincian yang diberikan kapan putusan akan dikeluarkan dalam kasus ini. Di luar pengadilan, aktivis perdamaian memprotes dan mengecat jalan-jalan yang menyerukan gencatan senjata.
Sumber: middleeastmonitor
