Jumat 11 Oct 2024 16:00 WIB

Setahun Genosida, IHA Desak Pemerintah Indonesia Putuskan Hubungan Ekonomi dengan Israel

IHA sebut Indonesia masih punya hubungan dagang dengan Israel.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Peserta menyampaikan pandangannya saat Focus Group Discussion (FGD) Strategi Komunikasi Peringatan Satu Tahun Serangan Israel ke Gaza di Kantor Republika, Jakarta, Jumat (27/9/2024). Republika menggelar FGD dengan topik Jangan Lupakan Palestina
Foto: Republika/Prayogi
Peserta menyampaikan pandangannya saat Focus Group Discussion (FGD) Strategi Komunikasi Peringatan Satu Tahun Serangan Israel ke Gaza di Kantor Republika, Jakarta, Jumat (27/9/2024). Republika menggelar FGD dengan topik Jangan Lupakan Palestina

JAKARTA – Sejak Oktober 2023, serangan Israel yang menghancurkan Gaza terus berlanjut dan menyebabkan ribuan korban jiwa di kalangan warga sipil. Dalam setahun terakhir, penderitaan di wilayah ini semakin mendalam akibat agresi tanpa henti dari Israel.

Menanggapi hal tersebut, perwakilan Indonesian Humanitarian Alliance (IHA), Romy Ardiansyah, mendorong pemerintah Indonesia untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel. Ia menyoroti bahwa meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, fakta bahwa hubungan dagang tetap ada memerlukan perhatian lebih serius.

Baca Juga

"Sebenarnya kita ini tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, tapi ternyata kita itu masih punya hubungan dagang dengan Israel," kata Romy saat acara FGD Peringatan Satu Tahun Serangan Israel ke Gaza yang diselenggarakan di Kantor Republika, Jumat (27/1/2024).

Gerakan boikot global, termasuk di Indonesia, menyasar produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Daftar produk ini pun sudah dikeluarkan oleh lembaga seperti BDS Movement dan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI).

Romy menambahkan bahwa beberapa negara telah mengambil langkah tidak hanya memutuskan hubungan diplomatik tetapi juga memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel.

"Salah satu cara untuk mengucilkan mereka secara efektif adalah dengan sikap tegas di bidang ekonomi. Jika ini dilakukan, tekanan terhadap Israel akan sangat besar," ungkap Romy, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pengurus Humanitarian Forum Indonesia (HFI).

Menurut Romy, Indonesia perlu mengambil langkah yang lebih tegas untuk memutus hubungan dagang dengan Israel, tidak hanya mengandalkan aksi boikot dari masyarakat.

"Gerakan boikot dari masyarakat sudah ada, tapi yang lebih penting adalah jika negara turut serta dalam mengucilkan Israel secara ekonomi. Ini akan memberikan tekanan yang lebih signifikan," jelasnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa boikot yang dilakukan masyarakat sudah mulai memberikan dampak. Beberapa produk yang terkait dengan Israel mulai mengalami penurunan, namun dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk memperkuat gerakan ini.

"Beberapa negara sudah menyatakan tidak akan melakukan hubungan dagang dengan Israel, dan ini harus menjadi perhatian utama kita. Kami mendorong pemerintah untuk berani mengambil langkah tersebut," kata Romy.

Sebagai bagian dari aliansi kemanusiaan yang terdiri dari berbagai organisasi, IHA selama ini telah terlibat dalam berbagai upaya untuk membantu rakyat Gaza. Romy memaparkan bahwa sejak awal, IHA memiliki tiga pendekatan utama dalam memberikan bantuan.

Pendekatan pertama adalah dengan mendukung pengiriman bantuan kemanusiaan dari pemerintah Indonesia, termasuk pengiriman dua pesawat yang membawa bantuan bagi rakyat Gaza. "Kami sudah terbiasa terlibat dalam inisiatif global untuk memberikan dukungan kemanusiaan," ujarnya.

Pendekatan kedua, IHA juga mengadvokasi agar lembaga kemanusiaan dan lembaga amil zakat yang menjadi anggotanya dapat menyalurkan bantuan langsung ke Gaza melalui kemitraan dengan NGO lokal. 

photo
Ratusan Massa dari Yayasan Konsumen Muslim Indonesia dan Gerakan kebangkitan produk nasional turut serta dalam aksi solidaritas Palestina. dengan memboikot produk terafiliasi Israel. - (Dok Republika)

"Ada mekanisme yang bersifat kelembagaan, di mana kami bekerja sama dengan NGO lokal di Gaza untuk mendistribusikan bantuan," jelas Romy. 

Ketiga, IHA menjalin kerja sama resmi dengan Egyptian Red Crescent, entitas yang ditunjuk oleh Kedutaan Besar Indonesia di Mesir, untuk menyalurkan bantuan kepada warga Gaza melalui Palang Merah Palestina.

"Itulah yang telah kami lakukan hingga saat ini," tambahnya.

Setelah satu tahun serangan Israel, situasi di Gaza masih sangat memprihatinkan, dengan banyak infrastruktur yang hancur dan puluhan ribu warga menjadi korban. Menurut Romy, IHA saat ini sedang fokus menyalurkan bantuan melalui dua jalur utama, yaitu Rafah dan Yordania.

 
photo
Ratusan Massa dari Yayasan Konsumen Muslim Indonesia dan Gerakan kebangkitan produk nasional turut serta dalam aksi solidaritas Palestina. dengan memboikot produk terafiliasi Israel di depan kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). - (Dok Republika)

"Pengiriman bantuan sangat menantang, tapi kami bersyukur karena anggota IHA masih dapat terus memberikan bantuan ke Gaza," katanya.

Ia juga menyampaikan bahwa jumlah truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza menurun drastis, dari 500 truk per hari menjadi hanya 50 truk. Selain itu, hanya sedikit pabrik roti yang masih dapat beroperasi di Gaza.

"Dalam menghadapi satu tahun krisis ini, IHA bersama para anggotanya sepakat untuk terus berupaya menyalurkan bantuan, menjaga perhatian publik terhadap isu Palestina, dan mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih tegas," pungkas Romy.

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) juga mendorong masyarakat untuk terus menguatkan gerakan boikot di Tanah Air. "Dari 10 merek yang kami rekomendasikan untuk diboikot, itu pun masih belum efektif. Begitu pun dengan konsolidasi dengan merek nasional yang akan menjadi penggantinya. Yang selama ini telah muncul pun itu masih bersifat spontan," kata Juru Bicara YKMI, Megel Jekson. 

Dia menyebut, 10 merek itu yakni, Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, Burger King, dan Kurma Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement