REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebanyak puluhan pengelola perguruan tinggi berbasis pesantren membahas strategi pengembangan mutu pendidikan untuk menuju universitas unggul. Mereka berbagi pengalaman, harapan, dan tantangan mengembangkan perguruan tinggi di lingkungan pesantren.
Sekretaris Jenderal Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) KH Anang Rikza Masyhadi menjelaskan para hadirin bersemangat menghadiri Silaturahim Basional ke-2 dan Workshop Perguruan Tinggi Pesantren. “Apa yang menjadi peluang dan tantangan perguruan tinggi Islam berbasis pesantren kita diskusikan dan buat rencana strategis untuk membangun Indonesia dan menebarkan kearifan Islam kepada masyarakat luas,” kata Kiai Anang yang juga Pengawas Syariah Lazis Assalam Fil Alamin dalam sambutannya di Jakarta pada Kamis (7/3/2024).
Di antara pembicaraan yang berlangsung dalam kegiatan tersebut adalah seputar membangun jaringan perguruan tinggi Islam berbasis pesantren di Indonesia. Kemudian peluang kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi kelas dunia di berbagai negara. Kehadiran akademisi yang pernah menjadi atase pendidikan di luar negeri dimanfaatkan untuk memetakan jaringan perguruan tinggi unggul di berbagai negara. Lalu direncanakan untuk berkolaborasi dengan peguruan tinggi berbasis pesantren.
“Silaturahim nasional ini akan berlanjut. Sekarang adalah yang kedua. Nanti kita buat yang ketiga, keempat, dan seterusnnya. Kita perkuat kolaborasi untuk penguatan pendidikan membangun negeri kita tercinta,” kata peraih gelar PhD dari Universitas Suez Canal, Mesir ini.
Ketua Umum Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) KH Lalu Zulkifli Muhadli menjelaskan, penguatan perguruan tinggi pesantren dimaksudkan untuk optimalisasi sumber daya manusia unggul membangun bangsa. SDM tersebut diwujudkan dengan cara kaderisasi by design. “Alumni pesantren kita arahkan belajar teknik dan teknologi pertambangan sehingga mereka berinovasi dalam pengelolaan tambang, kemudian hasilnya menjadi nilai tambah bagi seluruh warga Indonesia,” kata Kiai Zul.
Dia menyebut sejumlah tantangan perguruan tinggi berbasis pesantren. Pertama adalah mengisi mahasiswa dengan ilmu yang mumpuni untuk menjadi bekal hidup mereka di masyarakat.
Kedua, kurikulum yang hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum harus disesuaikan dengan apa yang saat ini menjadi tren di masyarakat. Harapannya nanti bisa menjawab permasalahan yang berkembang di masyarakat.
Ketiga, kompetensi digital dan keterampilan
Disrupsi digital dirasakan oleh semua orang di berbagai kawasan. Hal ini membuat pola baru dalam berkehidupan menjadi serba praktis dan cepat dengan menggunakan teknologi android berupa aplikasi. Perguruan tinggi pesantren nantinya harus bisa menghadirkan SDM yang cakap digital.
Keempat tenaga pengajar yang terkualifikasi
Mereka harus memiliki pengalaman dan teori keilmuan yang mumpuni. Kemudian mampu menyampaikannya dengan bijaksana.
Di antara perwakilan perguruan tinggi pesantren yang menghadiri acara tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama adalah Universitas Darussalam (Unida) Gontor
Bermula dari Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) Gontor pada 1963. Kemudian berkembang menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID) pada 1996. Sejak 2013 berkembang menjadi Unida Gontor. Perguruan tinggi berbasis pesantren ini menjadi tempat belajar sekitar 5.000 mahasiswa dari dalam dan luar negeri.
Kedua, Universitas Cordova Sumbawa Barat
Universitas Cordova didirikan pada 1 Februari 2004. UNDOVA berkomitmen mencetak calon pemimpin, calon cendikiawan dan calon wiraswastawan masa depan melalui program pendidikan unggul yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Temukan kesempatan untuk mengembangkan potensi terbaik Anda dengan menjadi bagian dari Universitas Cordova
Ketiga, Universitas Darunnajah (UDN) Jakarta
Bermula dari sekolah tinggi agama Islam, kemudian berkembang menjadi institut agama Islam Darunnajah. Kemudian pada 10 Juni 2022 berkembang menjadi Universitas Darunnajah. Sebanyak 1.500 mahasiswa mencari ilmu di dalamnya.
Keempat, Universitas Al-Amien Prenduan Madura
Sebelumnya bernama Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep (IDIA). Kemudian berkembang menjadi universitas pada tahun ini. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan bagian dari ekosistem Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Kelima Universitas Islam Tribakti Kediri
Perguruan tinggi Islam ini pada awal berdirinya bernama Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri, kemudian pada tahun 1988 berubah nama menjadi Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri, dan yang terakhir pada tahun 2022 berubah nama kembali menjadi Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri. Universitas Islam Tribakti merupakan perguruan tinggi berbasis Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur.
Keenam, Universitas La Tansa Mashiro (Unilam)
Sejak 2003 perguruan tinggi ini menjadi universitas di Provinsi Banten. Dengan berada di lingkungan pesantren La Tansa Mashiro, mahasiswa di sana belajar dan dapat menyaksikan langsung pengamalan nilai-nilai keislaman untuk kemudian mereka terapkan dalam kehidupan seharu-hari.
Ketujuh, sejumlah institut dan sekolah tinggi di berbagai pesantren
Jumlahnya mencapai puluhan yang tersebar di berbagai daerah. Mereka menghimpun strategi untuk mengembangkan kualitas pendidikan tinggi sehingga nantinya akan menjadi universitas.