Jumat 08 Mar 2024 20:50 WIB

Bela Palestina Dinilai Perlu Aksi Nyata

Dukungan Indonesia untuk Palestina diharap lebih progresif.

Bendera Palestina. Ilustrasi
Foto: Reuters
Bendera Palestina. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gerakan Kebangkitan Produk Nasional (Gerbang Pronas) menanggapi seruan Presiden Joko Widodo dalam KTT Asean-Australia terkait solidaritas terhadap Palestina. Ketua Gerbang Pronas, Fuad Adnan mengatakan Presiden Jokowi diharap mengambil langkah konkret untuk menghentikan kejahatan Israel di Palestina.

“Kami mengapresiasi konsistensi sikap Presiden Jokowi soal Palestina. Tetapi semestinya dukungan Indonesia yang digerakkan Presiden Jokowi bisa lebih progresif. Misalnya  menggalang langsung solidaritas internasional untuk menghentikan pembunuhan di Palestina,” ucap Fuad kepada awak media di Jakarta, Kamis (7/3/2024) sore. 

Baca Juga

Menurut Fuad,  agresi Israel ke Jalur Gaza semakin brutal dan melanggar hukum internasional. Israel tak hanya memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Israel bahkan menembaki kerumunan warga Palestina yang mengantri makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya di Gaza. Sekitar 127 warga Palestina terbunuh. Memasuki bulan kelima pada Kamis (7/3/2024). Per Rabu, tercatat 30.717 warga Palestina meninggal dunia imbas agresi tersebut. 

Fuad menilai, aksi boikot mampu menjadi alat tekan bagi para pendukung kejahatan genosida Israel, di Indonesia pun telah dipertegas dengan Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina. Adanya fatwa tersebut, masyarakat Indonesia secara masif melakukan boikot produk yang terafiliasi Israel  mengalami kerugian secara signifikan dan secara perlahan semakin mengancam perekonomian Israel. 

Mengutip data Al Jazeera pada 2018 lalu, aksi boikot yang berlangsung di seluruh dunia mampu menimbulkan kerugian hingga Rp 11,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 180,48 triliun. Pada momentum terakhir, Fuad memprediksi aksi boikot produk Israel dan produk terafiliasi Israel ini mampu membuat perekonomian Israel menjadi sangat terganggu. 

“Perkiraan saya, dampak aksi boikot produk Israel dan produk terafiliasi Israel pada momentum kali ini benar-benar dahsyat menganggu perekonomian negara IsraHell tersebut,” tutur dia.

Sependapat Fuad, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menegaskan bahwa semua produk yang berasal dari Israel atau perusahaan yang mendukung Israel hukumnya haram untuk dibeli.  Anwar juga menyarankan agar pemerintah memblokir produk-produk Israel. Namun, ia juga menyadari bahwa tidak semua produk bisa diblokir, terutama produk-produk yang memiliki urgensi tinggi seperti alat dan material. Untuk produk makanan bisa diganti dengan produk lokal atau dari negara lain yang lebih mendukung keadilan.

Menurut Anwar Abbas, boikot terhadap produk-produk Israel merupakan bentuk protes terhadap tindakan biadab Israel terhadap Palestina. Ia mengecam tindakan Israel yang dianggap tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan.

"Jadi misalnya kita membeli produk Israel berarti kita membeli produk-produk orang yang berperilaku biadab. Jadi kalau beli orang yang biadab berarti kita sama aja artinya mendukung tindakan biadab yang dilakukan oleh Israel," ujarnya.

Di sisi lain, aksi boikot produk terafiliasi Israel dapat menjadi momentum untuk membangkitkan penggunaan produk nasional yang menjadi substitusi pengganti dari produk terafiliasi Israel. Aksi boikot juga bisa membangun peluang agar ekonomi bangsa Indonesia dapat berkembang lebih mandiri dan tidak bergantung kepada produk asing.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement