REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Muhyiddin dari Makkah, Arab Saudi
Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam atau sunnah muakkad. Puasa yang dilakukan sebelum Hari Raya Idul Adha ini memiliki banyak keutamaan sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad Saw dalam hadits.
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, bahkan sampai khilaf berbuat dosa. Bagi seseorang yang merasa banyak dosa, maka dapat melakukan puasa Arafah ini. Karena, dengan berpuasa Arafah dosa-dosanya akan dihapuskan.
Seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari ra, Rasulullah saw pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya. (HR. Muslim).
Abu Qatadah juga meriwayatkan hadits yang lain yang menyatakan bahwa puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu. "Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas," (HR Muslim).
Model puasa Arafah sendiri ada beberapa tahapan. Ada yang berpuasa sembilan hari dari tanggal satu hingga sembilan Dzulhijah, ada pula yang berpuasa hanya tanggal sembilan Dzulhijah saja. Hal ini berdalil dari hadis Rasulullah SAW,
"Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan puasa sembilan hari pada awal bulan Dzulhijjah, Hari Asyura, dan tiga hari di setiap bulan." (HR Ahmad dan Nasa’i).
Puasa delapan hari pada tanggal 1-8 Dzulhijjah ada yang menamakan dengan puasa tarwiyah. Penamaan ini karena bertepatan dengan prosesi tarwiyah jamaah haji. Namun, puasa Arafah hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak berangkat haji. Sedangkan yang tengah melaksanakan haji dilarang untuk berpuasa. Hal ini berdalil dari hadis,
"Rasulullah SAW melarang berpuasa pada hari Arafah bagi yang sedang di Arafah." (HR Abu Daud, Ibnu Majah Ahmad, dan Nasa’i). Namun, beberapa imam mazhab ada yang hanya memakruhkannya.