REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari, kitab penjelasan (syarah) Shahih Bukhari, ada lima tingkatan guru-guru yang dengannya Imam Bukhari menghimpun hadis. Yang paling atas adalah guru dari generasi tabiin, sedangkan yang paling muda adalah rekan seperguruan Imam Bukhari sendiri.
Meski begitu, al-Asqalani menyebutkan, Imam Bukhari tidak membeda-bedakan perlakuan respek dan ketelitian kepada ribuan gurunya tersebut. Khususnya dalam menetapkan dapat diterima atau tidaknya hadis-hadis yang mereka riwayatkan.
Imam Bukhari menyelesaikan Al-Jami' as-Shahih atas saran gurunya, Ishaq bin Rahawaih (wafat 238 H/853 M). Imam Bukhari membutuhkan waktu 16 tahun untuk itu. Ia juga melakukan safari ilmu ke berbagai lokasi di Jazirah Arab dan sekitarnya.
Di Syam (Suriah), Mesir, dan Aljazair Imam Bukhari singgah dua kali, sedangkan di Basrah (Irak) empat kali. Ia juga sempat menyambangi Kufah dan Baghdad.
Enam tahun lamanya Imam Bukhari menetap di Tanah Suci. Dari pertemuannya dengan banyak ahli hadis di kota-kota tersebut, Imam Bukhari menghimpun tidak kurang dari 600 ribu hadis, yang setengah di antaranya berhasil dihafalkannya.
Dari hadis yang disimpan dalam memori, sebanyak 200 ribu di antaranya merupakan hadis dhaif dengan berbagai tingkatannya (beberapa hadis dhaif dalam kriteria Bukhari bisa jadi shahih menurut ulama lain karena kriteri ketat yang digariskan Bukhari), sedangkan sebanyak 100 ribu hadis adalah sahih. Jumlah tersebut pun disaring lagi.
Imam Bukhari menyimpulkan sebanyak 7.275 hadis benar-benar sahih sehingga termaktub dalam kitab Al-Jami' as-Shahih. Menurut Ibnu Salah, dari total 7.275 tersebut, dalam Al-Jami' as-Shahih hanya ada empat ribu hadis sahih bila menghilangkan teks hadis yang diulang-ulang.
Profil tokoh
Nama lengkapnya adalah adalah Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mugirah bin Bardizbah al-Bukhari. Sosok yang biasa disebut Imam Bukhari itu adalah `Sang Penjaga Hadis'. Karya monumentalnya Al-Jami' as-Shahih didaulat sebagai karya otoritatif di bidang hadis. Buku yang populer disebut Shahih Bukhari itu merupakan hasil kerja keras sang imam, yang telah menemui langsung sebanyak 1.080 ahli hadis.
Mengutip Ensiklopedi Islam, tokoh kelahiran Bukhara (kini Uzbekistan), 13 Syawal 194 H atau 21 Juli 810 M itu, berasal dari keluarga intelektual Persia. Ayahnya merupakan seorang ahli fikih mazhab Maliki, tetapi wafat ketika Imam Bukhari masih bayi. Dalam usia 10 tahun, Imam Bukhari telah belajar ilmu hadis kepada ulama hadis termasyhur, ad-Dakhili.
Hanya satu tahun berselang, kepandaian Imam Bukhari mengungguli para murid lainnya. Ketika berusia 11 tahun, Imam Bukhari bahkan sempat mengoreksi kekeliruan gurunya, ad-Dakhili, mengenai jenjang periwayatan suatu hadis. Sang guru pun mengakui kekeliruannya. Sejak usia dini, Imam Bukhari, bahkan telah menghafal hadis-hadis yang termuat dalam kitab Ibnu Mubarak dan Waki'al al-Jarrah.
Pada usia 16 tahun, Imam Bukhari pergi ke Baitullah untuk menunaikan haji sekaligus mengawali perjalanan sepanjang hayat menempuh studi hadis. Imam Bukhari wafat dalam usia 60 tahun pada 30 Ramadhan 256 H atau 31 Agustus 870 M di wilayah Samarkand.