Senin 08 Feb 2021 08:55 WIB

Calon Bintara Orang Asli Papua Diminta Jaga NKRI

Letjen Ali Hamdan Bogra ingatkan siswa tidak boleh takut mati karena mereka tentara.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (Koorsahli KSAD), Letjen Ali Hamdan Bogra.
Foto: Dispenad
Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (Koorsahli KSAD), Letjen Ali Hamdan Bogra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon bintara peserta Pendidikan Pertama Bintara (Dikmaba) Otonomi Khusus Orang Asli Papua (Otsus OAP) Kodam XVIII Kasuari 2020 diminta untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menanamkan nasionalisme.

"Di mana saja kalian ditugaskan kalian harus siap, itulah tentara saya bilang. Yang penting tetap semangat, jaga keutuhan NKRI dari Sabang sampai Merauke," kata Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (Koorsahli KSAD), Letjen Ali Hamdan Bogra dalam tayangan Youtube TNI AD dikutip pada Ahad (7/2).

Sebanyak 1.000 calon bintara asal Papua saat ini sedang menjalani Dikmaba Otsus OAP Kodam XVIII Kasuari 2020 di sejumlah Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) di Pulau Jawa. Mereka terdiri atas 330 siswa yang dikirim ke Rindam III/Siliwangi, 240 siswa bintara ke Rindam IV/Diponegoro, 260 siswa ke Rindam V/Brawijaya, dan 130 calon bintara ke Rindam Jaya.

Kemudian, sebanyak 40 putri asli Papua mengikuti pendidikan di Pusat Pendidikan Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Pusdik Kowad), Lembang, Bandung. Letjen Ali Hamdan Bogra, putra asli Serui, Papua Barat, yang akrab disapa Kakak Besar oleh para siswa bintara Otsus Papua itu menegaskan, mereka tidak boleh takut mati karena mereka adalah tentara.

"Mudah-mudahan mereka tetap semangat terus dan ke depan bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan TNI AD," kata mantan Pangdam XVIII/Kasuari itu.

Dalam pendidikan itu diterapkan pula metode baru, yakni metode keluarga asuh dengan menjadikan setiap prajurit siswa dari daerah selain Papua, yang lebih dulu menjalani pendidikan sebagai kakak pembimbing untuk dua siswa dari Papua. Sebagai kakak pembimbing, mereka ditugaskan membantu para siswa asal Papua memahami materi pendidikan.

Selain itu juga mengarahkan menjalani setiap peraturan, tata tertib berlaku, hingga membantu kesulitan lain yang dihadapi. "Mereka itu beradaptasi sama kami juga, saling ngobrol, ikuti gaya kami. Padahal, sebenarnya kami yang harus ikut gaya mereka karena kita kan yang pendidikan di sini," kata Mahendra Rengen, siswa Secaba Otsus Papua.

Mahendra mengakui, sebagai OAP tentunya mereka terbiasa mengobrol memakai logat Papua. Ssehingga sampai kini ketika berada di rindam masih kerap terbawa suasana di kampung. Monggalina Bahamba yang juga siswi Secaba Otsus Papua mengaku, senang bisa bertemu dengan kawan-kawan yang berasal dari Sabang sampai Merauke.

Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen I Nyoman Cantiasa menjelaskan, program bintara Otsus OAP merupakan proyek percontohan atau model yang pertama dilaksanakan Mabesad. Menurut Cantiasa, Kodam XVIII/Kasuari mendapatkan kepercayaan untuk mendidik 1.000 bintara khusus.

"Kita akan lihat pilot project ini, yang model ini, mudah-mudahan kalau ini berhasil, sukses, saya berani lapor ke Bapak KSAD bahwa tahun depan ada lagi program bintara khusus ini, atau mungkin tamtama khusus," kata mantan danjen Kopassus tersebut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement