Rabu 02 Mar 2022 13:41 WIB

Lebih dari 100 Diplomat Walk Out Ketika Menlu Rusia Pidato

Aksi ini sebagai bentuk boikot Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Lebih dari 100 diplomat dari 40 negara melakukan aksi walk out atau keluar ruangan ketika pidato Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov diputar di Sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Selasa (1/3/2022) waktu setempat.
Foto: Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP
Lebih dari 100 diplomat dari 40 negara melakukan aksi walk out atau keluar ruangan ketika pidato Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov diputar di Sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Selasa (1/3/2022) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Lebih dari 100 diplomat dari 40 negara melakukan aksi walk out atau keluar ruangan ketika pidato Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov diputar di Sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Selasa (1/3/2022) waktu setempat. Aksi ini sebagai bentuk boikot Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Para diplomat yang keluar terutama dari Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa. Mereka yang tetap tinggal ketika Lavrov berpidato termasuk duta besar Rusia untuk PBB di Jenewa Gennady Gatilov, yang merupakan mantan wakil Lavrov.

Baca Juga

Utusan dari Suriah, China, dan Venezuela juga tinggal di dalam ruangan sidang. Duta Besar Ukraina Yevheniia Filipenko, yang memimpin pemboikotan itu berterima kasih kepada para diplomat yang mengambil bagian dalam aksi tersebut.

"Terima kasih banyak atas dukungan yang luar biasa ini kepada orang-orang Ukraina yang berjuang untuk kemerdekaan mereka," katanya kepada orang banyak yang berkumpul di sekitar bendera besar Ukraina di luar ruangan, seperti dilansir laman laman Aljazirah, Rabu (2/3/2022).

Lavrov berbicara kepada Dewan Hak Asasi Manusia secara virtual. Kunjungan langsungnya dibatalkan karena penutupan wilayah udara Eropa untuk pesawat Rusia.

Dalam pidatonya, menlu Rusia membenarkan serangan negaranya ke Ukraina dengan dalih menuduh pihak Ukraina melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Rusia. Dia juga menuduh Uni Eropa terlibat dalam "kegilaan Russophobia" dengan memasok senjata mematikan ke Ukraina selama kampanye militer Moskow yang dimulai Kamis lalu.

Moskow menggambarkan invasi tersebut sebagai operasi militer khusus yang bertujuan untuk mengusir "neo-Nazi" yang berkuasa di Ukraina. Para diplomat yang memboikot keluar pada saat pidato Lavrov mengatakan Dewan Hak Asasi Manusia tidak boleh disalahgunakan sebagai platform untuk disinformasi.

"Klaim aneh Menteri Luar Negeri Lavrov harus diungkap apa adanya: distorsi sinis dari fakta," kata duta besar Jerman Katharina Stasch.

Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly menyebut versi Lavrov salah. Oleh karenanya kami ingin menunjukkan sikap yang sangat kuat bersama-sama.

Duta Besar Prancis Jerome Bonnafont mengatakan, setiap invasi merupakan pelanggaran hak asasi manusia. "Adalah penting bahwa Dewan Hak Asasi Manusia menunjukkan dengan pemogokan ini bahwa mereka bersatu dengan Ukraina dan dengan rakyat Ukraina.

Aksi para diplomat ini terjadi kurang dari satu jam setelah para diplomat mengosongkan ruangan terdekat di markas besar PBB Eropa di Jenewa. Lavrov berpidato dalam Konferensi Perlucutan Senjata yang juga diputar tanpa kehadiran para diplomat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement