Sampel juga dibandingkan antara pasien yang pulang dari perawatan dan yang meninggal di rumah sakit. Ada perbedaan 124 persen di tingkat biomarker antara kedua kelompok serta 60 persen antara orang yang tidak terinfeksi Covid-19 dan tanpa kerusakan neurologis.
Penulis lain dalam studi, Thomas Wisniewski, menjelaskan bahwa akumulasi protein tersebut telah dikaitkan dengan risiko mengidap demensia yang lebih tinggi. Cedera otak traumatis juga dikaitkan dengan peningkatan biomarker tersebut.
Meski demikian, tidak berarti pasien akan mengembangkan Alzheimer atau demensia akibat Covid-19. Studi jangka panjang akan memeriksa kemungkinan risiko yang ada serta sejauh mana seseorang dapat pulih dari risiko kerusakan.
"Apakah hubungan semacam itu ada pada mereka yang bertahan dari penyakit parah, adalah pertanyaan yang perlu segera kami temukan jawabannya lewat pengawasan terhadap pasien yang masih berlangsung," ungkap Wisniewski.