Sabtu 31 Mar 2012 12:08 WIB

TB Silalahi: Negarawan Harus Berjiwa Samurai

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Djibril Muhammad
TB Silalahi
Foto: Republika
TB Silalahi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kondisi bangsa sedang berada di titik kritis. Banyak persoalan yang harus diselesaikan dalam waktu cepat. Indonesia membutuhkan sosok negarawan sejati untuk membetulkan kondisi ini.

Bangsa Indonesia sendiri mempunyai banyak contoh negarawan yang bisa dijadikan panutan. Sebut saja Jos Sudarso, Bunga Hatta, Slamet Riyadi dan TB. Simatupang.

"Negarawan tidak pernah peduli dengan kepentingan pribadi demi bangsa ini. Dia mempunyai jiwa samurai," kata Letjen TNI (Purn) T.B. Silalahi dalam diskusi 'Membangun Sikap Negarawan Alumni Lemhamnas' di Gedung Panca Gatra, Sabtu (31/03).

Sayangnya, perilaku para pelaku sejarah ini banyak yang terlupakan terhapus zaman. Negarawan ulung harus bermental ksatria, termasuk berani mundur ketika memang merasa gagal melaksanakan tanggung jawab.

Kondisi ini pernah dialami Letjen TNI TB. Simatupang. Beliau berhati besar ketika memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada 1952. Contoh lain pernah dilakukan Bung Hatta.

Mantan orang nomor dua ini menunjukkan kesetiaan yang luar biasa kepada Indonesia walaupun sudah tidak menjabat. Berbeda sekali dengan sikap yang ditemui di para pejabat akhir-akhir ini. "Seorang pemimpin yang baik harus berani ambil riisiko, kalau tidak negara akan mundur," katanya.

Jendral (Purn) AM. Hendropriyono menambahkan, negara berkembang seperti Indonesia sangat bergantung pada kepiawaian pemimpinnya. Ketika hukum tidak lagi punya suara, seharusnya yang maju adalah moralitas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement