REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sekitar 1.600 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel sepakat untuk mengakhiri aksi mogok makan, Senin (14/5) waktu setempat. Pemerintah Israel setuju memenuhi tuntutan para tahanan untuk menghentikan penahanan secara administratif.
Kesepakatan yang dimediasi Mesir tersebut juga berisi janji Israel untuk memberikan akses kunjungan anggota keluarga para tahanan. Tak hanya itu, kesepakatan juga berisikan kesepakatan Israel mengakhiri sel isolasi yang telah menarik kecaman dunia internasional.
"Semua faksi sudah menandatangani kesepakatan untuk menghentikan mogok makan," kata Ketua Klub Tahanan Palestina Qadura Fares kepada AFP.
Sepertiga dari 4.800 warga Palestina mulai menolak makanan sejak 17 April. Beberapa di antara mereka bahkan mogok makan sampai 77 hari.
Pejabat Palestina mengatakan, draf kesepakatan yang disusun Mesir dengan perwakilan dari tahanan Palestina menyatakan para tahanan setuju dengan persyaratan. Namun demikian, tidak ada pernyataan lebih lanjut dari para tahanan apakah aksi mogok makan yang mereka lakukan benar-benar berakhir.
Menurut seorang juru bicara Kantor Penjara Israel, kesepakatan memang telah dicapai, tetapi tidak semua tahanan menerapkan kesepakatan. Semua itu merujuk pada mereka yang mogok makan selama 28 hari.
Seorang pejabat Mesir yang terlibat dalam pembicaraan mengatakan Israel, sepakat mengakhiri sel isolasi 19 tahanan dan mencabut larangan kunjungan keluarga yang tinggal di Gaza. Israel juga setuju untuk melepaskan para tahanan administratif setelah masa tahanannya berakhir, kecuali ditemukan bukti baru dalam kasus mereka.
Menteri Palestina untuk urusan tahanan, Issa Qaraqe, mengatakan 300 tahanan ditahan tanpa tuduhan akan memiliki akan dibebaskan setelah enam bulan. Tahanan administratif penahanan terhadap warga Palestina yang ditahan Israel tanpa gugatan dan masa hukuman yang jelas. Mereka juga tidak diberikan pendampingan hukum.
Juru bicara Hamas, Fauzwi Barhoum, menyatakan kesepakatan tersebut merupakan langkah pertama menuju pembebasan dan kemenangan. Pada Senin (14/5), ribuan orang mengadakan unjuk rasa di Gaza untuk mendukug para tahanan yang mogok makan.
Mereka meneriakkan, "Kami akan memberikan jiwa dan darah untuk menebus para tahanan."
Perayaan kesepakatan itu nampaknya cepat menyebar. Para pengendara kendaraan bermotor membunyikan klakson dan orang-orang berpelukan seraya berteriak, 'Allahu Akbar.'
Ribuan orang mengibarkan bendera Palestina, permen didistribusikan dan mereka bersujud tanda syukur. "Mogok makan untuk hak yang sederhana, untuk dapat mengunjungi anak-anak adalah mimpi saya, tapi setidaknya sekarang aku bisa melihat Ali," kata Nidal Sarafiti (64 tahun), yang berbicara tentang anaknya.